Lagi heboh di medsos, nih, ajakan buat boikot bayar pajak! Ini sebagai protes karena tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bakal naik jadi 12% mulai 2025.
“Kalau PPN naik 12%, yuk kita boikot bayar pajak. Pemerintah kok cuma malakin rakyat,” cuit akun @salam4jari di X atau Twitter.
Katanya sih, biar bisa boikot, kita bisa belanja di warung-warung kecil aja. Selain nggak kena PPN, kita juga bisa bantu tetangga dan pelaku usaha kecil.
💡Key Takeaways:
- Dampak Kenaikan PPN 12%: Mulai 2025, harga barang-barang premium seperti beras, buah mahal, dan daging premium bakal naik karena kenaikan PPN jadi 12%. Ini juga bisa berdampak ke barang yang lebih biasa karena bahan bakunya terpengaruh.
- Daya Beli Menurun: Kenaikan harga bikin orang, khususnya yang di kelas menengah, jadi lebih hati-hati dalam belanja. Akibatnya, daya beli turun dan ekonomi bisa melambat karena orang lebih sedikit belanja barang non-pokok.
- Tips Menghadapi PPN Naik: Untuk ngadepin kenaikan PPN, lebih baik belanja barang yang penting aja, bantu beli dari warung kecil, atur anggaran dengan bijak, dan hindari beli barang yang nggak perlu.
Gimana Sih Kenaikan PPN di 2025? Kok Pada Mau Boikot?
Wah, ternyata kenaikan tarif PPN jadi 12% mulai 1 Januari 2025 ini bakal ngebuat beberapa barang dan jasa jadi lebih mahal. Kalau kamu nggak setuju sama kenaikan ini, kita toss dulu!😤✋
Kenaikan ini katanya untuk memperbaiki keadaan fiskal negara dan ngadepin tantangan ekonomi global. Pemerintah sempet bilang kalau “barang premium” aja yang bakal kena. Tapi ternyata… barang umum, bahkan yang kita pakai sehari-hari yang kena, guys. No surprise, sih~😳
Akhirnya, semua ini berujung ke siapa? Ya, kita, masyarakat biasa yang harus menanggung kenaikan harga barang dan jasa😔 Nggak heran, media sosial ramai dengan ajakan untuk boikot dan tolak kenaikan PPN ini.
Kalau PPN Naik Jadi 12%, Daya Beli Masyarakat Bisa Anjlok!
Kenaikan PPN bukan cuma soal harga barang yang lebih mahal. Dampaknya bisa meluas ke berbagai aspek ekonomi dan kehidupan masyarakat, terutama daya beli masyarakat.
Yuk, simak beberapa dampak serius dari penurunan daya beli akibat kenaikan PPN:
1. Harga Barang dan Jasa Naik, Semua Jadi Mahal
Dengan PPN 12%, harga barang dan jasa otomatis ikut naik. Barang pokok aja mahal, apalagi kebutuhan lain kayak listrik, pulsa, atau makanan di luar. Orang-orang jadi mikir berkali-kali sebelum belanja, apalagi untuk kebutuhan yang bukan pokok.
2. Permintaan Turun, Ekonomi Nggak Jalan
Kalau diliat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) aja, Indonesia udah mengalami deflasi 0,18% di Juli 2024. Artinya, harga-harga memang turun karena permintaan dari masyarakat melemah.
Ini udah tiga bulan berturut-turut, loh, dan Juli bahkan lebih parah dibanding Juni. Kalau PPN dinaikkan, masyarakat bakal makin nahan belanja, dan ekonomi yang harusnya pulih malah bisa makin lesu😥
3. Sektor Usaha Tumbang, Banyak yang Gulung Tikar
Kalau daya beli masyarakat turun, banyak usaha yang bakal kena imbas. Restoran sepi, toko ritel nggak laku, bahkan UMKM yang selama ini jadi tulang punggung ekonomi juga bisa kewalahan. Dampaknya? Banyak yang tutup usaha atau bahkan PHK karyawan.
4. Ancaman PHK, Pengangguran Bisa Naik
Kurangnya permintaan bikin produsen terpaksa mengurangi produksi. Kalau udah begini, bukan nggak mungkin mereka bakal merumahkan karyawan untuk menghemat biaya. Jangan sampai kita menghadapi gelombang PHK massal lagi seperti awal pandemi, deh.
5. Pertumbuhan Ekonomi Makin Lambat
Ekonomi itu kan muter dari konsumsi masyarakat. Kalau belanja masyarakat lesu, otomatis pertumbuhan ekonomi jadi lebih lambat. Padahal kita butuh banget pemulihan ekonomi pasca-pandemi, tapi kenaikan PPN ini malah bisa memperburuk keadaan🔻
Tolak Kenaikan PPN, Suara Rakyat Harus Didengar!
Dari semua dampak yang disebut tadi, jelas banget kalau kebijakan ini nggak pro rakyat. Kenaikan PPN cuma bikin masyarakat, terutama kelas menengah dan bawah, makin terjepit. Beban hidup bertambah, daya beli turun, dan ekonomi kita jadi lebih rentan. Wajar dong kalau banyak yang nggak setuju.
Kalau kebijakan ini tetap diberlakukan, kita mau nggak mau harus lebih cerdas mengelola keuangan. Nih, beberapa tips simpel yang bisa kamu lakukan:
1. Fokus Belanja Barang yang Penting: Jangan gampang tergoda promo atau diskon. Beli barang yang benar-benar dibutuhkan aja, alias frugal living, dan kalau bisa beli dalam jumlah besar untuk hemat biaya.
2. Dukung UMKM Lokal: Belanja di warung atau usaha kecil biasanya lebih murah karena nggak kena PPN. Selain lebih hemat, kamu juga bantu ekonomi lokal supaya tetap bertahan.
3. Atur Anggaran dengan Bijak: Pisahkan pengeluaran untuk kebutuhan pokok, hiburan, dan tabungan. Kalau perlu, kurangi pengeluaran untuk hal-hal yang nggak terlalu penting, kayak langganan streaming yang jarang dipakai.
4. Cek Harga Online Sebelum Belanja: Bandingin harga barang di toko online atau marketplace untuk dapetin harga terbaik. Banyak juga toko online yang nawarin promo atau cashback yang bisa bantu kamu mengurangi beban PPN.
5. Kurangi Pengeluaran yang Nggak Mendesak: Misalnya, tunda dulu beli gadget baru atau belanja barang-barang mahal yang belum benar-benar dibutuhkan. Fokus dulu pada hal-hal yang penting untuk saat ini.
Kenaikan PPN 12% Bikin Kita Makin Kepepet!
Kebijakan naiknya PPN jadi 12% ini benar-benar bikin rakyat kecil makin berat napasnya. Dampaknya nggak cuma soal harga kebutuhan pokok yang melambung, tapi juga ke ekonomi secara keseluruhan. Bayangin, barang sehari-hari jadi mahal, usaha kecil susah bertahan, bahkan ancaman PHK makin nyata. Kebijakan ini terasa banget nggak pro sama rakyat biasa.
Nggak heran dong kalau banyak orang di media sosial teriak-teriak ngajak boikot bayar pajak? Ini cara mereka buat nunjukin kalau kita nggak terima dibebani terus tanpa solusi. Tapi, sambil suarakan keberatan kita, kita juga harus pintar-pintar jaga keuangan biar nggak makin terpuruk.
Buat kamu yang mau belajar gimana cara kelola keuangan di situasi yang serba nggak pasti ini, langsung aja cek Tuwaga. Platform edukasi keuangan ini bisa bantu kamu ambil langkah-langkah cerdas supaya tetap bertahan meski beban ekonomi makin berat. Jangan tunggu sampai kehabisan akal, yuk mulai lebih bijak sekarang!