Film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu yang tayang mulai 12 Juni 2025 ini lagi ramai dibahas karena bawa angin segar di dunia film komedi Indonesia. Bukan cuma karena diisi trio komika absurd GJLS (Rigen, Rispo, dan Hifdzi Khoir), tapi juga karena gaya penceritaan dan produksinya yang out of the box banget. Kalau kamu suka komedi yang nggak biasa dan doyan gaya absurd-absurd nan satir, film ini wajib banget masuk list tontonan kamu!
Nah, buat kamu yang penasaran sebelum nonton, ini dia deretan fakta menarik seputar film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu yang bikin film ini beda dari yang lain. Siap ngakak sambil mikir? 😆
Bukan Sekadar Komedi, Ini Deretan Fakta Gokilnya!

Film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu emang kelihatan lucu dan absurd di permukaan, tapi di balik semua kekocakan itu ternyata banyak banget hal menarik yang bikin film ini beda dari komedi biasa. Ini dia beberapa fakta gokil tentang film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu.
1. Diangkat dari Kisah Nyata Salah Satu Anggotanya

Ternyata, ide dasar film ini terinspirasi dari pengalaman nyata Hifdzi Khoir, salah satu personel GJLS, yang ayahnya menikah lagi. Dalam film, kisah ini dibumbui dengan komedi dan kekonyolan khas GJLS, tapi tetap menyimpan benang merah soal konflik keluarga yang bisa dibilang cukup relatable buat banyak orang.
Menurut Hifdzi, kisah dalam film memang “berangkat dari real life, tapi diperkuat secara komedik.” Bahkan, setting keluarga yang tinggal di kos-kosan milik ayah mereka sambil menunggu warisan jadi bumbu utama yang bikin ceritanya semakin absurd tapi tetap terasa akrab.
2. Film Ini Penuh Improvisasi dan Bloopers yang Sengaja Dimasukkan
Sutradara Monty Tiwa membiarkan para aktor, terutama trio GJLS, untuk improvisasi bebas dalam banyak adegan. Bahkan, bloopers atau kesalahan saat syuting pun sengaja dimasukkan ke dalam film. Jadi, penonton bisa lihat saat para aktor beneran ngakak atau keluar dari karakter, dan itu malah jadi bagian dari cerita.
Monty menyebut gaya ini sebagai “eksperimen sinematik,” karena para aktor bahkan bisa berinteraksi langsung dengan sutradara atau kamera. Konsep ini bikin film terasa spontan, jujur, dan dekat dengan audiens—seolah-olah penonton sedang nonton vlog komedi keluarga dengan rasa teater.
Baca Juga: 5 Film Terlaris di Viu Juni 2025, Kamu Udah Nonton yang Mana?
3. Promo Film yang Konsisten Goblok Tapi Cerdas
Strategi promosi film ini juga nggak kalah lucu. Tim produksi memakai tagline seperti #SiapGoblok12Juni dan “kalau kamu merasa goblok pas nonton, berarti kamu penonton sejati GJLS.” Poster promosi film pun sengaja dibuat blur dan absurd untuk menyesuaikan karakter GJLS yang memang terkenal nggak jelas tapi lucunya jujur.
Menurut Rispo, mereka sengaja nggak mau promosi film dengan cara biasa. Mereka ingin promosi ini jadi bagian dari narasi humor itu sendiri. Nggak heran kalau banyak netizen yang justru makin tertarik karena merasa penasaran dengan betapa “gobloknya” film ini.
4. Monty Tiwa Biarkan Film Jadi “Panggung GJLS”
Biasanya, sutradara akan tampil dominan dalam mengeksekusi karya. Tapi tidak dengan film ini. Monty Tiwa justru mundur sedikit dan membiarkan film ini menjadi “panggung utama” untuk trio GJLS. Dia bilang, “Ini bukan film Monty Tiwa, ini filmnya GJLS.” Sebuah langkah yang cukup jarang di industri film Tanah Air.
Monty juga bilang kalau film ini bukan hanya komedi absurd, tapi juga semacam social experiment tentang seberapa jauh penonton Indonesia bisa menerima film yang “nggak normal.” Dengan kata lain, GJLS: Ibuku Ibu-Ibu bukan cuma film buat ketawa, tapi juga untuk mikir dan menertawakan kehidupan.
5. Dapat Dukungan Rp100 Juta dari Raffi Ahmad
Salah satu kejutan datang dari Raffi Ahmad yang mendonasikan Rp100 juta untuk mendukung promosi film ini. Bukan karena jadi produser atau punya saham, tapi karena Raffi mengaku suka dengan konsep film dan komedi GJLS yang beda dari film komedi biasanya.
Dukungan dari Raffi ini bukan cuma bantu dari sisi dana, tapi juga jadi validasi bahwa film ini punya potensi besar. Bahkan di media sosial, Raffi sempat bilang kalau film ini bisa jadi salah satu komedi terbaik tahun ini kalau dilihat dari keberanian gayanya.
6. Komedi “D17” yang Nggak Takut Menyinggung
Berbeda dengan banyak film komedi Indonesia yang aman-aman aja, film ini berani mengangkat humor yang lebih dewasa. Mulai dari dark joke, sindiran sosial, sampai lelucon tentang kesehatan mental atau ketidaksempurnaan fisik. Karena itulah, film ini diberi rating D17.
Menurut Rispo, mereka sadar nggak semua orang bakal nyaman nontonnya. Tapi bagi yang paham karakter GJLS, justru ini jadi nilai jual. Film ini memang bukan buat semua orang—tapi buat mereka yang siap tertawa tanpa batas sensor.
7. Target 54 Juta Penonton: Ngayal Tapi Niat
Dalam salah satu sesi promo, Ananta Rispo bercanda kalau mereka menargetkan film ini ditonton 54 juta orang. Tapi dia juga menambahkan, “Nggak apa-apa ngayal, yang penting niat.” Sebenarnya, ini bentuk sindiran cerdas ke tren film komersial yang fokus angka, bukan kualitas.
Dengan tayang di lebih dari 400 layar bioskop dan dukungan netizen, film ini memang punya potensi jadi underrated hit seperti Srimulat, apalagi dengan komunitas GJLS yang cukup fanatik dan aktif di media sosial.
Siap Goblok dan Ketawa? Ayo Coba Tonton GJLS!
Film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu bukan cuma bikin kamu ketawa, tapi juga ngajak kamu mikir soal keluarga, warisan, dan absurd-nya kehidupan. Dengan gaya penyutradaraan yang beda, promosi nyeleneh, sampai komedi yang mentah tapi jujur—film ini bakal jadi pengalaman bioskop yang jarang kamu temui.
Kalau kamu udah siap ketawa sampai perut keram, jangan lupa nonton film ini di bioskop! Dan buat yang lagi mikir “kayaknya hidup gue juga absurd,” yuk atur finansialmu bareng Tuwaga! Ada tabungan, kartu kredit, KPR, sampai dana darurat yang bisa bantu kamu hidup lebih tertata meski tetap goblok… dalam batas wajar. 😁