Kalau kamu dan pasangan sedang merencanakan bikin dak rumah ukuran 4×6, biasanya akan muncul pertanyaan lebih hemat mana: pakai sistem konvensional atau bondek? Jawabannya ternyata enggak bisa satu angka pasti, karena biaya ngedak rumah ukuran 4×6 sangat dipengaruhi oleh lokasi tempat tinggal dan juga upah pekerja.
Di beberapa daerah, harga material seperti besi, semen, dan pasir bisa lebih mahal karena ongkos distribusi, sementara di kota besar justru faktor tenaga kerja yang bikin biaya membengkak. Itu sebabnya, pasangan milenial perlu mempertimbangkan bukan hanya metode dak yang dipilih, tapi juga kondisi lokasi pembangunan dan ketersediaan tukang.
Dengan begitu, budget jadi lebih realistis dan nggak bikin rencana keuangan keluarga berantakan.
💡 Jadi, Poinnya…
- Biaya Ngedak Rumah Ukuran 4×6 Bisa Fleksibel: Mulai Rp6 jutaan kalau pakai metode konvensional, tapi bisa lebih kalau pilih bondek yang modern dan praktis.
- Konvensional Hemat, Bondek Lebih Cepat: Konvensional cocok buat kamu yang punya tukang langganan dan mau hemat. Bondek lebih pas buat yang pengen cepat selesai meski keluar biaya lebih besar.
- Jangan Lupa Hitung Faktor Tambahan: Transportasi, sewa alat, dan upah pekerja bisa bikin biaya naik. Jadi jangan cuma lihat harga materialnya aja, ya!
Simulasi Biaya Ngedak Rumah Ukuran 4×6
1. Beton (Ready Mix atau Manual)
Beton adalah komponen utama dalam proses ngedak. Kalau pilih ready mix, biasanya lebih praktis tapi perlu tambahan biaya untuk pompa. Sementara beton manual lebih fleksibel, tapi butuh tenaga ekstra dan bisa lebih lama pengerjaannya.
- Manual: butuh ±2,5 m³ beton (tebal dak 12 cm)
Harga semen + pasir + kerikil: Rp1,5–2 juta - Ready Mix K-225: sekitar Rp850.000/m³ → total Rp2–2,2 juta.
2. Kerangka Besi
Besi berfungsi sebagai tulang dak. Jenis dan ukuran besi yang dipakai (misalnya besi polos atau ulir) akan memengaruhi kekuatan struktur sekaligus biaya total.
Besi Ø8–10 mm + kawat beton untuk tulangan dak.
Kebutuhan ±150–180 kg → total Rp1,3–1,6 juta.
3. Bekisting: Kayu Konvensional atau Bondek
Kalau pakai sistem konvensional, butuh papan kayu/triplek untuk cetakan. Sedangkan bondek lebih modern dan praktis karena bisa langsung jadi bagian lantai, meski harga per meternya relatif lebih mahal.
- Kayu/Triplek konvensional: sewa + beli material sekali pakai → Rp1–1,3 juta.
- Bondek: sekitar Rp150.000–200.000/m² → total Rp3,6–4,8 juta.
4. Upah Pekerja
Biaya tenaga kerja sering jadi komponen terbesar. Tarifnya berbeda di tiap daerah, tergantung tingkat keahlian tukang dan lama pengerjaan.
Rata-rata tukang harian Rp150–200 ribu.
Pengerjaan dak 24 m² butuh 4–5 tukang selama 3–4 hari → total: Rp2,5–3,5 juta.
5. Sewa Alat (Scaffolding dan Vibrator)
Scaffolding dipakai untuk menyangga bekisting sementara, sedangkan vibrator diperlukan untuk memadatkan beton agar hasil dak lebih kuat dan tidak keropos. Kalau tidak punya, harus menyewa dengan hitungan harian.
Scaffolding untuk menyangga bekisting: sewa ±Rp10.000–15.000/unit/hari.
Vibrator beton: sewa ±Rp150.000–250.000/hari.
Estimasi total: Rp500 ribu–800 ribu.
6. Transportasi Material
Jangan lupa biaya kirim pasir, semen, besi, maupun bondek. Lokasi rumah yang jauh dari supplier bisa bikin ongkos transport naik dan ikut menambah total anggaran.
Ongkos kirim pasir, semen, besi, bondek/ready mix tergantung jarak.
Untuk skala kecil biasanya sekitar Rp500 ribu–1 juta.
Dilansir dari agenbajaringan.com, berikut cara cepat hitung sederhana ngedak rumah ukuran 4×6 m (24 m²) dengan perhitungan praktis:
- Volume Beton
Rumus: luas × tebal
24 m² × 0,12 m = 2,88 m³ - Tulangan Utama (Besi D10-200, Grid)
Estimasi panjang total: ± 250 m
Besi 1 batang = 12 m
Kebutuhan: 250 ÷ 12 ≈ 21 batang - Indosteger / Scaffolding
Disesuaikan dengan luas dan ketinggian.
Untuk 24 m², biasanya butuh ±20–25 set (tergantung layout). - Bondek (opsional, pengganti bekisting kayu)
Panjang total = luas dak (karena lebar bondek umumnya 1 m)
24 m² → 24 lembar bondek - Wiremesh (opsional, pengganti tulangan manual)
Ukuran per lembar: 2,1 × 5,4 m = 11,34 m²
Kebutuhan untuk 24 m² (dengan overlap): 3 lembar
Konvensional vs Bondek, Mana Sih Yang Cocok Untukmu?
Kalau kamu dan pasangan sedang merencanakan bikin lantai tambahan atau sekadar dak untuk atap rumah, pasti bingung mau pilih metode konvensional atau bondek. Keduanya sama-sama populer, tapi punya kelebihan dan kekurangan yang bisa berpengaruh besar ke biaya, waktu pengerjaan, sampai hasil akhirnya.
Buat pasutri milenial yang pengin rumah nyaman tapi tetap sesuai budget, penting banget tahu perbedaan keduanya sebelum ambil keputusan.
1. Material yang dipakai
- Konvensional: Butuh kayu atau triplek untuk cetakan + tulangan besi. Setelah dak selesai, kayu biasanya dibongkar.
- Bondek: Pakai lembaran baja bergelombang (bondek) yang sekaligus jadi cetakan permanen dan lantai bawah.
2. Biaya awal
- Konvensional: Relatif lebih murah di depan karena kayu bisa dipakai ulang, tapi boros waktu dan tenaga.
- Bondek: Harga per meternya lebih mahal, tapi bisa menghemat tenaga kerja dan waktu pemasangan.
3. Kecepatan pengerjaan
- Konvensional: Lebih lama, karena harus pasang dan bongkar bekisting kayu.
- Bondek: Lebih cepat karena langsung pasang lembaran baja, lalu cor beton di atasnya.
4. Kekuatan dan keawetan
- Konvensional: Kekuatan tergantung kualitas cor dan pemasangan besi. Kalau kayu bekisting kurang rapat, hasil bisa kurang rapi.
- Bondek: Rigid dan kuat karena baja ikut jadi bagian struktur lantai, cocok untuk hunian bertingkat.
5. Estetika dan fungsi tambahan
- Konvensional: Bagian bawah dak biasanya polos, perlu plester atau finishing tambahan.
- Bondek: Bagian bawah sudah rapi dengan motif gelombang, bahkan bisa dibiarkan tanpa plafon.
6. Kesesuaian buat pasutri milenial
- Konvensional: Cocok kalau budget terbatas dan punya tukang langganan yang bisa kerja manual.
- Bondek: Cocok buat pasangan yang pengen praktis, hemat waktu, dan nggak masalah keluar biaya lebih besar di awal.
Memutuskan antara dak konvensional dan bondek pada akhirnya kembali ke kebutuhan serta prioritas kamu dan pasangan. Kalau target utama adalah menekan biaya dengan memanfaatkan tenaga tukang lokal yang sudah terbiasa kerja manual, maka sistem konvensional bisa jadi pilihan tepat.
Sebaliknya, kalau kamu ingin proses lebih cepat, rapi, dan siap mengeluarkan dana lebih besar di awal, bondek jelas lebih unggul. Selain menghemat waktu, hasilnya juga lebih kuat dan modern, sehingga cocok untuk rumah yang direncanakan bertingkat atau difungsikan jangka panjang.
Dilansir dari detik.com, menurut Albert Lim, CEO Lyvprojects, jika ingin membuat dak atap sebaiknya benar-benar merencanakan struktur dan pondasinya. Jangan sampai menambah dak atap tapi tidak memperhitungkan kaki-kaki di bawahnya. Dengan perencanaan matang, kamu dan pasangan bisa lebih tenang dalam mengambil keputusan, tanpa takut over budget. Ingat, dak rumah bukan sekadar proyek sekali jadi, tapi investasi jangka panjang untuk kenyamanan keluarga.
Pilih Bijak, Sesuaikan Budget
Memutuskan pakai metode konvensional atau bondek buat ngedak rumah ukuran 4×6 sebenarnya balik lagi ke kebutuhan dan prioritas kamu. Kalau budget terbatas, konvensional bisa jadi solusi. Tapi kalau pengen praktis, cepat, dan rapi, bondek jelas unggul.
Yang penting, jangan asal pilih. Pastikan perencanaan keuangan matang supaya nggak bikin dompet jebol. Nah, kalau kamu mau dapat insight finansial lain yang nggak kalah penting—mulai dari kredit rumah, KTA, kartu kredit, sampai promo menarik di mall—semua bisa kamu temuin di Tuwaga! 🎉
Yuk, cek sekarang di Tuwaga untuk info lengkap produk finansial + promo menarik di merchant favorit kamu. Siapa tahu ada deal kece yang pas banget buat kebutuhan kamu dan pasangan.
















































