Demo pengemudi ojek online (ojol) tahun 2025 kembali jadi perhatian banyak pihak. Aksi ini muncul karena berbagai keluhan dan tuntutan para driver yang merasa hak dan kesejahteraannya belum diperhatikan dengan adil. Mulai dari permintaan perubahan status kemitraan, potongan tarif yang dirasa terlalu besar, sampai desakan adanya regulasi yang jelas jadi fokus utama mereka. Di sisi lain, pihak aplikator pun memberi respons, memastikan layanan tetap berjalan dan mengajak pengemudi untuk terus berdialog.
Yuk kita bahas fakta, tuntutan, dan tanggapan terkait demo ojol 2025 secara lengkap!
Permintaan Status dari Mitra Jadi Karyawan
Dilansir Dari Bisnis.com, Sejumlah perusahaan aplikasi transportasi online menyampaikan bahwa mereka menerima permintaan dari para pengemudi untuk mengubah status kemitraan menjadi karyawan tetap. Namun, para aplikator menolak wacana tersebut karena khawatir akan berdampak pada pengurangan jumlah pengemudi secara drastis.
Direktur Bisnis Indrive Indonesia, Ryan Rwanda, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan forum diskusi kelompok (FGD) dengan para mitra selama beberapa bulan terakhir. Hasilnya, tidak ada pengemudi aktif yang menyetujui perubahan status tersebut. Ryan menjelaskan bahwa posisi mitra pengemudi di Indrive dipandang setara dengan pengguna layanan lainnya, termasuk penumpang. โStatus mereka di Indrive itu lebih mirip konsumen, jadi tidak ada perbedaan,โ jelasnya pada Senin (19/5/2025).
Ia juga menambahkan bahwa jika pengemudi dijadikan karyawan tetap, maka perusahaan akan menanggung beban tambahan yang besar. Hal ini bisa membuat hanya 10โ13% pengemudi yang tetap dipertahankan, dan berpotensi memangkas pendapatan mitra hingga 7% per bulan.
Potongan Tarif Ojol Naik Gila-gilaan!
Ketua Umum Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, menjelaskan bahwa aksi demonstrasi besar-besaran oleh para pengemudi ojek online (ojol) yang berlangsung pada 20 Mei 2025 merupakan bentuk protes terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan aplikasi transportasi terhadap aturan pemerintah.
Secara khusus, pelanggaran ini berkaitan dengan batas maksimum potongan biaya aplikasi sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) KP 1001 Tahun 2022, yang menetapkan potongan maksimal sebesar 20 persen.
Menurut Igun, meskipun para pengemudi telah berulang kali menggelar unjuk rasa secara damai, perusahaan aplikasi tetap tidak mengindahkan regulasi tersebut. Ia mengungkapkan bahwa potongan biaya aplikasi yang dibebankan kepada mitra pengemudi terus mengalami kenaikan secara bertahap dan sepihak, tanpa melibatkan pengemudi dalam proses pengambilan keputusan.
โKenaikannya dimulai dari 20 persen menjadi 25 persen, lalu naik lagi jadi 30 persen, kemudian 35 persen, hingga akhirnya mencapai 50 persen,โ ujar Igun pada Kompas.com, Senin (19/5/2025).
Kenaikan yang dilakukan tanpa persetujuan mitra pengemudi tersebut dinilai sebagai tindakan yang merugikan dan menjadi sumber utama keresahan. Karena berbagai aksi damai sebelumnya tidak digubris, para pengemudi akhirnya memutuskan untuk melakukan aksi lebih besar guna menuntut agar potongan biaya aplikasi dikembalikan ke angka 20 persen sesuai ketentuan yang berlaku.
Dampak Besar di Penghasilan Driver
Kenaikan potongan dari aplikasi ojek online berdampak besar pada penghasilan para pengemudi. Meskipun mereka sudah bekerja keras seharian, penghasilan bersih yang dibawa pulang jadi semakin sedikit karena potongan yang kini bisa mencapai 30 hingga 50 persen. Sementara itu, pengemudi masih harus menanggung berbagai biaya operasional seperti bensin, servis kendaraan, dan kebutuhan harian lainnya.ย
Akibatnya, banyak yang harus bekerja lebih lama demi menutupi kebutuhan hidup. Yang jadi masalah, kebijakan kenaikan potongan ini dilakukan sepihak tanpa melibatkan pengemudi, sehingga mereka merasa tidak punya kendali atas sistem yang menentukan penghasilan mereka sendiri. Kondisi ini makin memperburuk situasi, terutama bagi pengemudi dengan latar belakang pendidikan dan keterampilan yang terbatas, yang akhirnya harus mencari pekerjaan tambahan untuk bertahan secara ekonomi.
Menurut Dosen Ilmu Ekonomi UMM (Universitas Muhammadiyah Malang), Chalimatuz Saโdiyah, S.E, M.M, Kenaikan tarif potongan aplikasi membuat hubungan antara pengemudi dan perusahaan aplikasi makin timpang. Banyak pengemudi merasa tergantung secara ekonomi dan tidak punya kendali atas tarif. Hal ini memperburuk ketimpangan pendapatan dan jurang sosial.
โMayoritas pengemudi ojol berlatar belakang pendidikan dan keterampilan terbatas, sehingga rentan secara ekonomi dan sering terpaksa mencari kerja tambahan,โ ujar dosen Chaca.
Dilansir dari Detik.com, Ekonom Indef, Eko Listyanto, menilai potongan aplikasi ojol yang mencapai 30% terlalu tinggi dan membebani pengemudi. Ia mendorong perusahaan membuka dialog dengan mitra agar tercipta keadilan bagi kedua pihak.
Pakar otomotif ITB, Yannes Pasaribu, juga menyebut potongan 30% sangat memberatkan, terutama karena pengemudi juga harus menanggung biaya kendaraan, bahan bakar, dan perawatan.
Baca Juga: Cuan Dollar Cuma dari Kamar, Ini Kerja Online yang Bikin Dompet Tebal!ย
Jumlah Pertumbuhan Ojol Hingga Saat Ini
Berdasarkan laporan tahunan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, jumlah mitra pengemudi Gojek terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada akhir 2021, Gojek memiliki sekitar 2,6 juta mitra pengemudi. Jumlah ini bertambah menjadi sekitar 2,7 juta pada akhir 2022, dan mencapai 3,1 juta mitra pengemudi pada akhir 2023.
Peningkatan jumlah mitra ini menunjukkan besarnya ketergantungan masyarakat terhadap platform transportasi online sebagai sumber penghasilan. Namun, di sisi lain, pertumbuhan jumlah mitra juga menimbulkan tantangan baru, seperti persaingan yang semakin ketat di lapangan, potensi penurunan jumlah order per pengemudi, serta semakin kuatnya posisi tawar perusahaan dibandingkan para mitra yang jumlahnya terus membengkak. Hal ini semakin memperkuat urgensi akan perlindungan dan keadilan bagi pengemudi dalam sistem kerja digital saat ini.
Perbandingan Penghasilan Ojol dari Tahun ke Tahun
Dilansir dari CNBC Indonesia, Survei Badan Kebijakan Transportasi Kemenhub pada September 2022 mengungkap bahwa mayoritas pengemudi ojek online (ojol) di wilayah Jabodetabek hanya memperoleh penghasilan harian sebesar Rp50.000 hingga Rp100.000, jumlah yang hampir setara dengan biaya operasional harian mereka. Kondisi ini menunjukkan bahwa margin keuntungan pengemudi sangat tipis, bahkan berpotensi merugi.
Survei ini juga mencatat penurunan signifikan jumlah pesanan setelah kenaikan tarif ojol pada 11 September 2022. Sebelum kenaikan tarif, hampir 47% pengemudi menerima 5โ10 pesanan per hari, namun setelahnya lebih dari 55% hanya mendapat kurang dari 5 pesanan. Penurunan ini terjadi karena sebagian konsumen mengurangi penggunaan ojol atau beralih ke transportasi lain.
Jika dibandingkan dengan data tahun 2019 dari Balitbang Kemenhub, situasi saat ini menunjukkan penurunan drastis dalam pendapatan. Saat itu, penghasilan pengemudi ojol bisa mencapai Rp3โ5 juta per bulan, tergantung platform dan jam kerja. Misalnya, pengemudi Gojek rata-rata menghasilkan lebih dari Rp100 ribu per hari, pengemudi Grab Rp150โ200 ribu, bahkan Maxim bisa mencapai Rp250 ribu per hari.
Perbandingan ini menunjukkan tren penurunan kesejahteraan pengemudi dalam beberapa tahun terakhir, sementara biaya hidup dan operasional justru meningkat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap keberlangsungan mata pencaharian pengemudi ojol di tengah perubahan tarif dan daya beli masyarakat yang menurun.
9 Tuntutan Demo Ojol 2025
Sembilan tuntutan utama yang disuarakan dalam aksi demo besar-besaran pengemudi ojek online (ojol) hari ini, salah satunya adalah desakan agar tarif transportasi online dinaikkan. Berikut rincian kelima tuntutan tersebut:
- Cabut sistem kemitraan dan tetapkan pengemudi ojek online, taksi online, serta kurir sebagai pekerja tetap.
- Hentikan skema prioritas yang dianggap diskriminatif, seperti GrabBike Hemat, slot dan tarif rendah (aceng/goceng) di Gojek, sistem hub di ShopeeFood, serta skema serupa di Maxim, Lalamove, InDrive, Deliveree, Borzo, dan lainnya.
- Pemerintah harus menetapkan tarif pengantaran makanan dan logistik secara langsung, bukan menyerahkannya kepada aplikator, serta menjamin transparansi dalam sistem perhitungan tarif.
- Hapuskan potongan dari pihak aplikasi yang mengurangi penghasilan pengemudi.
- Tolak pemutusan kemitraan (putus mitra) dan suspend secara sepihak, serta dorong adanya mekanisme penyelesaian konflik yang adil dengan melibatkan serikat pekerja.
- Tolak rencana merger antara Grab dan Gojek-Tokopedia karena berpotensi menimbulkan monopoli dan merugikan pengemudi.
- Wujudkan kondisi kerja yang layak dengan pendapatan yang manusiawi, perlindungan jaminan sosial (BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan), serta perlindungan hak maternitas bagi pengemudi perempuan dan disabilitas.
- Perusahaan aplikasi wajib menyediakan fasilitas dan perlengkapan kerja, seperti tempat istirahat (shelter), jaket, helm, tas, serta menanggung biaya operasional seperti bensin, pulsa, paket data, parkir, dan servis kendaraan.
- Desak pemerintah segera mengesahkan regulasi perlindungan hukum bagi pengemudi ojol, taksol, dan kurir melalui RUU Ketenagakerjaan.
Tanggapan Aplikator Penyedia Ojek Online
Menanggapi rencana aksi unjuk rasa pengemudi ojek online pada 20 Mei 2025, para perusahaan aplikator memberikan respons seperti dikutip dari Antara.
Chief of Public Affairs Grab Indonesia, Tirza R. Munusamy, menyatakan bahwa operasional Grab akan berjalan normal seperti biasa. Ia menegaskan bahwa kanal komunikasi Grab tetap terbuka bagi para mitra pengemudi. “Jika besok ada kesulitan menemukan driver, sistem kami akan otomatis mengalihkan permintaan ke mitra pengemudi lainnya. Kami memahami bahwa banyak mitra tetap perlu mencari nafkah, jadi kami juga berupaya melindungi mereka,” ujarnya pada Senin (19/5).
Sementara itu, Presiden Gojek Catherine Hindra Sutjahyo menyampaikan bahwa Gojek terus menjaga komunikasi terbuka dengan mitra pengemudi agar aspirasi dapat disampaikan langsung dan potensi dampak aksi dapat diminimalkan.
Dari pihak Maxim Indonesia, Government Relations Specialist Muhammad Rafi Assagaf mengimbau para pengemudi untuk tetap menjalankan aktivitas seperti biasa saat aksi berlangsung. Ia juga menyarankan agar pengemudi menyampaikan keluhan langsung ke kantor Maxim jika diperlukan.
Gimana Menurut Kalian Guys?
Demo ojol 2025 ini jelas menunjukkan kalau perjuangan pengemudi online belum selesai. Mereka butuh keadilan, pendapatan yang manusiawi, dan perlindungan hukum. Nah, buat kamu yang pengin dapat info lengkap soal produk finansialโmulai dari kartu kredit, KTA, deposito, sampai dana tunai properti dan kendaraanโTuwaga hadir sebagai platform terpercaya buat bantu kamu dapat insight finansial yang lengkap dan gampang dipahami.
Mau langsung apply produk finansial? Bisa banget! Semua proses mudah dan cepat lewat Tuwaga. Jangan sampai ketinggalan ya, biar kamu bisa atur keuangan dengan lebih pintar dan nggak ribet! Yuk, cek sekarang juga! ๐ฅ