Fenomena rojali belakangan lagi ramai banget diperbincangkan di media sosial. Mungkin kamu juga pernah jadi bagian dari tren ini tanpa sadar.
Apa itu fenomena Rojali? Rojali adalah singkatan dari “rombongan jarang beli.” Istilah ini muncul buat menggambarkan kebiasaan banyak orang, terutama anak muda, yang datang ramai-ramai ke mal atau pusat perbelanjaan tanpa berbelanja. Mereka hanya jalan-jalan, foto, nongkrong di food court, atau sekadar menikmati pendingin ruangan. Pernah mengalaminya?
Sebenarnya, apa yang membuat fenomena rojali mencuat? Yuk, kita bahas bareng fenomena satu ini yang ternyata lebih dari sekadar tren nongkrong di mal.
💡Jadi Poinnya…
- Fenomena Rojali, Ramai Pengunjung Tapi Sepi Pembeli: Tren “Rojali” alias rombongan jarang beli mencerminkan kondisi pusat perbelanjaan yang ramai secara fisik, namun minim transaksi penjualan.
- Daya Beli Masyarakat Masih Tertekan: Fenomena ini jadi cerminan daya beli masyarakat yang menurun. Banyak orang lebih memilih cuci mata dibandingkan belanja karena kondisi finansial yang belum stabil.
- Strategi Mal dan Toko Ritel Perlu Disesuaikan: Untuk menarik pembeli, pengelola mal dan pelaku ritel harus kreatif menghadirkan promo menarik, konsep hiburan, hingga pengalaman belanja yang lebih engaging.
1. Mall Ramai Tapi Jarang yang Beli
Kalau kamu sempat mampir ke mal akhir-akhir ini, pasti ngerasa suasananya padat. Parkiran penuh, food court ramai, dan tenant fashion ramai pengunjung. Tapi pas dicek, kasirnya nggak sepenuh pengunjungnya. Nah, inilah yang disebut fenomena rojali. Orang datang rame-rame, tapi transaksinya minim.
Banyak yang hanya cuci mata alias window shopping, numpang Wi-Fi, atau cari spot Instagramable. Jadi meskipun kelihatan rame, secara penjualan bisa jadi tetap lesu.
2. Benarkah Dipicu oleh Daya Beli Masyarakat Menurun?
Dilansir Kompas, menurut Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), tren Rojali bukan hanya mencerminkan gaya hidup. Tapi lebih daripada itu, rojali merupakan tanda bahwa daya beli masyarakat sedang lesu.
Ketua Umum APPBI, Alphonzus Widjaja, bilang bahwa fenomena ini muncul karena penghasilan masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah, belum pulih sepenuhnya. Jadi walau kunjungan ke mal sudah normal, pola belanjanya berubah. Orang lebih memilih beli produk kecil, murah, atau kebutuhan dasar, sehingga barang sekunder seperti baju bermerek atau gadget terbaru pun menjadi opsi kesekian.
Baca Juga: 5 Fakta Demo Ojol 21 Juli 2025: Isi Tuntutan, Aksi Off-Bid Massal, dan Info Rute Alternatif
3. Pandangan Menurut Ahli
Beberapa ekonom juga turut menyoroti fenomena ini. Dikutip finance.detik.com, David Sumual, Kepala Ekonom BCA, bilang fenomena Rojali ini mirip seperti krisis tahun 2008. Orang ke mal bukan untuk belanja, tapi mencari diskon, makan hemat, atau sekadar cuci mata.
Bahkan kelompok kelas menengah atas yang biasanya jadi motor konsumsi, sekarang mulai menahan belanja. Mereka lebih memilih mengalihkan uang ke investasi seperti deposito, SBN, atau emas digital agar aset tetap berjalan.
4. Rojali Bukan Fenomena Baru, Tapi Jadi Sorotan
Fenomena seperti Rojali sebenarnya bukan hal baru. Namun, belakangan jadi lebih kelihatan karena situasi ekonomi yang belum benar-benar stabil.
Menurut Prof. Dr. Mohammad Nur Rianto Al Arif dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dinukil dari uinjkt.ac.id, rojali adalah cerminan pergeseran pola konsumsi. Orang sekarang datang ke pusat belanja bukan untuk tujuan konsumtif, melainkan mencari hiburan murah namun eksklusif. Hal ini terjadi bukan cuma di kota besar, tapi juga di pasar tradisional dan sentra UMKM.
5. Mal & Retailer Putar Otak Biar Tetap Menarik
Tren rojali tentu dirasakan oleh pelaku bisnis ritel dan pengelola mal. Mereka pun mulai kreatif bikin promo yang lebih menggoda mulai dari potongan harga, bundling, sampai program cicilan nol persen.
Nggak hanya itu, mal sekarang juga bertransformasi jadi tempat rekreasi dengan dihadirkannya event musik, pameran seni, playground gratis, bahkan tempat duduk nyaman untuk santai. Harapannya, meskipun tujuan awal orang datang untuk bersantai, lama-lama mereka akan tertarik belanja.
Fenomena rojali ini nggak hanya soal gaya hidup “nongkrong hemat” di mal, tapi juga jadi indikator bahwa kondisi ekonomi masyarakat sedang butuh perhatian. Ada perubahan besar dalam cara orang berbelanja dan mengatur uangnya. Jadi, kamu tim belanja atau tim cuci mata saja, nih?
Di Tuwaga, kamu bisa temukan berbagai tips finansial yang relevan dan aplikatif, plus akses langsung buat cek dan ajukan produk keuangan seperti tabungan, deposito, kartu kredit, dana tunai kendaraan, hingga pinjaman tanpa jaminan (KTA). Semuanya praktis dan pastinya aman karena terhubung langsung ke lembaga keuangan resmi