Gaya hidup hemat belakangan ini makin ramai dibahas, terutama di kalangan Gen Z dan milenial. In this economy yang penuh tantangan, wajar kalau banyak orang mencari cara supaya dompet tetap aman tanpa mengorbankan kualitas hidup. Dari situlah muncul istilah frugal living yang viral di media sosial.
Tapi, ada banyak yang salah kaprah, nih. Hidup hemat sering disamakan dengan sifat pelit. Padahal, keduanya beda jauh, lho. Jadi sebenarnya, frugal living itu gaya hidup hemat sehat atau pelit yang dibungkus rapi?
💡 Jadi Poinnya…
- Frugal Living = Hemat Sehat: Fokusnya mengatur uang dengan cerdas, memprioritaskan kebutuhan, dan investasi jangka panjang tanpa mengorbankan kualitas hidup.
- Pelit = Hemat Kebablasan: Cenderung enggan mengeluarkan uang bahkan untuk hal penting, bisa ganggu relasi sosial dan bikin hidup terasa sempit.
- Batas Tipis, Tapi Penting: Bedanya ada di tujuan dan mindset, frugal living bikin finansial stabil, sementara pelit justru merugikan diri sendiri maupun orang sekitar.
Apa Itu Frugal Living?
Frugal living bisa dibilang sebagai seni mengatur keuangan dengan cerdas. Bukan cuma soal mengurangi pengeluaran, tapi mengarahkan uang ke hal yang benar-benar penting. Berdasarkan survey IDN Research Institute 2025, 56% responden yang terdiri dari Gen Z banyak menganut tren ini sebagai strategi hemat biaya hidup.
Menurut CSUL Finance, hidup hemat artinya menghindari pemborosan, fokus ke pengeluaran yang bernilai, dan memastikan ada budget untuk tabungan dan investasi.
Contohnya:
- Memasak di rumah ketimbang jajan terus.
- Beli barang berkualitas yang tahan lama, bukan murah tapi cepat rusak.
- Memilih transportasi umum supaya biaya bensin dan parkir bisa ditekan.
Umumnya, pilar utama frugal living mencakup:
- Prioritas Jelas: Bedakan antara kebutuhan dan keinginan.
- Fokus Kualitas: Menurut Synchrony Bank, membeli barang lebih awet jauh lebih hemat dalam jangka panjang.
- Sustainability: Banyak penganut frugal yang juga sadar lingkungan, misalnya mengurangi konsumsi plastik atau mendukung produk lokal.
- Mindset Jangka Panjang: Hemat bukan soal menahan diri, tapi strategi mencapai tujuan keuangan dan hidup yang lebih puas.
Secara historis, frugal living bukan tren baru, lho. Dikutip dari Prudential, prinsip frugal living sudah ada sejak masa berburu, saat manusia hanya mengambil apa yang dibutuhkan.
Lalu, makin berkembang pada era Great Depression di Amerika (1929–1939) saat orang belajar menghargai nilai uang. Bahkan, praktik hidup hemat juga terlihat dalam kehidupan biara abad pertengahan yang menekankan kesederhanaan dan kemandirian.
Apa Itu Pelit?
Kalau frugal living bicara soal bijak mengatur uang, pelit lebih ke sikap enggan mengeluarkan uang bahkan untuk hal-hal penting. Fokusnya bukan pada manajemen, melainkan sekadar menyimpan.
Contoh pelit misalnya:
- Menolak traktir teman meski finansialnya cukup.
- Enggan bayar layanan kesehatan atau pendidikan karena merasa sayang uang.
- Lebih memilih menumpuk uang atau barang tanpa tujuan jelas.
Menurut SoftMind, sifat pelit sering lahir dari faktor psikologis seperti rasa takut, rendah diri, atau kecemasan. Dampaknya bisa serius, mulai dari hubungan pribadi jadi renggang, sulit membangun kepercayaan profesional, sampai kondisi finansial yang justru tidak sehat.
Dilansir dari RRI.id, Ustaz Arfiandi bahkan menyebutkan ada empat bahaya sifat pelit:
- Bisa berujung pada kezaliman, seperti mengambil hak orang lain.
- Memutus tali silaturahmi karena tidak peduli pada orang sekitar.
- Menjadi penghalang masuk surga, karena sifat kikir menghambat kebaikan.
- Rezeki bisa tertahan, membuat hidup terasa lebih sempit.
Baca Juga: 10 Tips Hemat Belanja Bulanan di Marketplace, Dijamin Anti Boncos!
Frugal Living vs Pelit, Bedanya di Mana?
Supaya lebih jelas, berikut tabel perbedaan frugal living dan pelit:
Aspek | Frugal Living | Pelit |
---|---|---|
Tujuan | Mengalokasikan uang dengan bijak untuk prioritas dan masa depan | Menyimpan uang semata tanpa arah jelas |
Mindset | Nilai jangka panjang, kualitas, keberlanjutan | Rasa takut kehilangan, mentalitas kelangkaan |
Contoh | Masak sendiri, beli barang awet, pilih transportasi hemat | Menolak keluarkan uang untuk kesehatan/pendidikan |
Fokus | Efisiensi dan kepuasan jangka panjang | Menahan pengeluaran berlebihan, bahkan untuk hal penting |
Dampak | Tabungan meningkat, utang berkurang, keuangan stabil | Hubungan terganggu, rezeki terhambat, hidup tidak tenang |
7 Tips Memulai Frugal Living yang Tepat
Kalau kamu ingin mulai menerapkan frugal living, coba deh, mulai lakukan langkah-langkah sederhana ini:
1. Bedakan Kebutuhan vs Keinginan
Banyak orang kebobolan gara-gara salah menempatkan keinginan yang seolah-olah kebutuhan. Misalnya, punya sepatu satu aja sebenarnya cukup, tapi karena lagi tren, kamu beli dua-tiga pasang lagi.
Biar lebih jelas, coba catat semua pengeluaran harian dan review tiap akhir minggu. Dari situ kelihatan banget mana yang bisa dipangkas.
2. Buat Anggaran Bulanan
Tanpa anggaran, uang gampang menguap. Solusinya, kamu bisa gunakan metode budgeting sederhana untuk mengalokasikan berapa persen untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan, hiburan, dan investasi. Kebiasaan ini bisa bantu kamu kontrol arus kas, bukan sekadar menebak-nebak saldo di akhir bulan.
3. Terapkan Aturan 30 Hari
Ini trik jitu biar nggak kalap belanja. Kalau tergoda beli barang non-esensial (misalnya gadget baru atau baju fashion), tunggu 30 hari dulu. Kalau setelah sebulan kamu masih butuh barang itu, berarti mungkin memang penting.
Tapi kalau sudah lupa atau rasa pengennya hilang, itu tandanya cuma keinginan sesaat. Aturan ini terbukti bikin banyak orang lebih mindful saat belanja.
4. Gunakan Transportasi Umum
Naik transportasi umum bisa memangkas banyak biaya, apalagi kalau rute harianmu jelas. Hitung saja bensin, parkir, biaya tol, hingga servis kendaraan kalau pakai mobil pribadi, semua itu bisa dihemat.
Bonusnya, kamu juga ikut berkontribusi mengurangi polusi udara. Kalau transportasi umum kurang memadai, alternatif lain adalah carpooling atau pakai sepeda buat jarak dekat.
5. Masak di Rumah
Kebiasaan kecil ini dampaknya besar banget. Sekali makan di restoran bisa habis Rp50–100 ribu, sedangkan masak di rumah bisa dapat porsi lebih banyak dengan biaya lebih murah.
Selain itu, kamu juga lebih bisa kontrol nutrisi dan kebersihan. Biar nggak bosen, coba variasi menu mingguan atau meal prep biar hemat waktu juga.
6. Manfaatkan Promo dengan Bijak
Promo itu teman baik kalau dipakai dengan benar. Tapi bisa jadi jebakan kalau asal lapar mata. Triknya, sebelum beli, cek dulu apakah barang atau jasa itu masuk daftar kebutuhanmu.
Misalnya, promo belanja bulanan di e-commerce jelas lebih worth it dibanding promo flash sale gadget yang sebenarnya nggak dibutuhkan. Ingat, tujuan frugal living bukan sekadar “hemat pakai diskon”, tapi hemat sesuai kebutuhan.
7. Siapkan Perlindungan Finansial
Hidup hemat bukan berarti nggak siap menghadapi risiko. Justru orang yang frugal biasanya juga memikirkan jangka panjang. Salah satunya dengan punya asuransi jiwa atau kesehatan. Dengan begitu, kamu nggak perlu menguras tabungan kalau tiba-tiba ada kondisi darurat.
Baca Juga: 10 Tips Hemat Budget Saat Tinggal di Kost atau Apartemen
Kapan Frugal Living Bisa Jadi Pelit?
Hemat memang baik, tapi kalau keterlaluan bisa berubah jadi pelit. Tandanya antara lain:
- Mengorbankan kesehatan, misalnya enggan beli obat atau makanan bergizi demi menekan biaya.
- Takut keluar uang berlebihan, bahkan untuk hal yang jelas-jelas penting.
- Menggunakan hemat sebagai alasan tidak berbagi, padahal berbagi juga bagian dari keseimbangan hidup.
Frugal living dan pelit memang sering disalahartikan sama. Padahal, frugal living adalah gaya hidup sadar finansial yang membantu kamu mencapai tujuan jangka panjang, sedangkan pelit justru bisa merugikan diri sendiri maupun orang sekitar. Yuk, lebih bijak mengelola keuangan sejak dini.
Di Tuwaga, kamu bisa temukan tips investasi, keuangan, sampai rekomendasi produk finansial yang aman dan menguntungkan. Mulai dari tabungan, deposito, hingga kartu kredit dari berbagai bank resmi. Semua aman dan praktis, yuk, eksplore Tuwaga!