Pinjaman KTA Bank dan pinjaman online (pinjol) sering jadi solusi cepat saat butuh dana tambahan. Keduanya menawarkan pinjaman tanpa agunan, jadi nggak perlu repot menyediakan jaminan aset. Tapi, jangan asal ambil pinjaman!🚨
Meski sama-sama praktis, ada perbedaan signifikan antara KTA bank dan pinjol, bukan cuma soal cara pengajuannya, tapi juga bunga, tenor, hingga keamanannya. Sebelum buru-buru mengajukan pinjaman, penting buat tahu mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan finansialmu!
Tapi satu hal yang perlu kita sepakati dulu: pinjaman ini adalah pinjaman jangka pendek dengan bunga tinggi. Dilansir dari Investopedia, model pinjaman seperti ini disebut Payday Loan, yang artinya harus digunakan dengan bijak supaya nggak terjebak dalam utang berkepanjangan. 😱
Jadi, sebelum memutuskan pakai Pinjaman KTA Bank atau pinjol, yuk bahas lebih lanjut perbedaannya biar nggak salah langkah!
💡 Key Takeaways:
- Target Pasar Berbeda: Pinjaman KTA Bank menyasar nasabah dengan rekam jejak kredit baik dan penghasilan tetap, sementara pinjol lebih fleksibel, cocok untuk masyarakat unbanked.
- Perbedaan Suku Bunga: Pinjaman KTA Bank berbasis SBDK dan menyesuaikan dengan suku bunga BI, sedangkan pinjol diatur oleh AFPI, dengan batas bunga harian yang baru diturunkan OJK.
- Beban Bunga yang Wajib Dihitung: Pinjol cenderung punya bunga lebih tinggi dibandingkan KTA bank, terutama untuk tenor pendek. Pastikan hitung total pembayaran sebelum mengajukan pinjaman.
Target pasar Pinjaman KTA Bank beda dengan Pinjol
Bank dan perusahaan penyedia layanan pinjaman online sebetulnya memiliki segmentasi pasar yang berbeda. Hal ini akan berpengaruh ke proses pengajuan hingga besaran beban bunga yang bakal ditanggung nasabah.
Bank menyasar calon-calon nasabah yang memiliki rekam jejak kredit baik. Mereka pun harus memiliki penghasilan tetap, dan profesi yang jelas seperti pegawai negeri, karyawan swasta, atau profesional.
Walau tanpa jaminan, KTA umumnya memiliki plafon atau limit pinjaman yang tinggi dan tenor panjang. Tujuan dari penggunaan KTA itu sendiri sejatinya bisa untuk berbagai hal baik konsumtif seperti renovasi rumah, dana pendidikan anak, atau hal produktif yang berkaitan dengan bisnis.
Sementara itu, pinjol seperti dilansir dari situs Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) merupakan pinjaman tanpa jaminan untuk jangka pendek. Pinjaman ini seringkali dimanfaatkan untuk dana talangan bagi orang-orang yang harus membayar hal-hal terkait kebutuhan mendesak.
Belum lagi, perusahaan berbasis teknologi penyedia layanan pinjol seringkali menargetkan produknya ke pihak-pihak yang tergolong dalam masyarakat unbanked atau yang belum sepenuhnya terhubung ke akses perbankan.
Alhasil risiko kredit perusahaan berbasis teknologi yang menyediakan layanan ini menjadi sangat besar, tak heran jika hal tersebut diikuti pula dengan penetapan bunga kredit yang tinggi.
Regulasi dan Suku Bunga
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengatur layanan pinjaman online melalui Peraturan OJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
Meskipun demikian, penetapan suku bunga pinjaman online tidak diatur langsung oleh OJK, melainkan oleh Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).
AFPI menetapkan bahwa total biaya pinjaman tidak boleh melebihi suku bunga flat 0,8% per hari. Akan tetapi, per Januari 2024 seperti diberitakan Infobank, OJK mengeluarkan Surat Edaran OJK (SEOJK) Nomor 19/SEOJK.05/2023 yang menurunkan batas atas suku bunga pinjaman konsumtif menjadi 0,3% per hari, dengan rencana penurunan lebih lanjut menjadi 0,2% per hari pada 2025 dan 0,1% per hari pada 2026.
Sementara itu, penentuan bunga kredit bank itu didasari oleh Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). SBDK bisa dikatakan sebagai suku bunga terendah yang mencerminkan kewajaran biaya yang dikeluarkan oleh bank, termasuk ekspektasi keuntungan yang akan diperoleh.
Ketika suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) turun, maka SBDK sebuah bank umumnya juga akan mengalami penurunan.
Sejumlah bank juga memiliki produk pinjaman KTA dengan tenor pendek dan plafon yang tidak terlalu tinggi, layaknya produk dana talangan pinjol. Akan tetapi, suku bunga yang ditawarkan bank lebih rendah ketimbang pinjol.
Ilustrasi Perhitungan Beban Bunga
Untuk memberikan gambaran lebih jelas mengenai beban bunga yang harus dibayar, di bawah ini adalah contoh kasus di mana seseorang mengajukan pinjaman dana talangan sebesar Rp10 juta ke bank dan platform pinjol.
Berikut adalah ilustrasi beban bunga yang harus dia bayar.
KTA Bank
- Jumlah Pinjaman: Rp6.000.000
- Tenor: 5 hari
- Suku Bunga: 2.5% per bulan (30% per tahun)
Perhitungan:
- Bunga per tahun: 30% x Rp6.000.000 = Rp1.800.000
- Bunga per bulan: Rp1.800.000 / 12 = Rp150.000
- Bunga per hari Rp 150.000 / 30 = Rp 5.000
- Total bayar: Rp6.000.000 + (Rp5.000 x 5 hari) = Rp6.025.000
Pinjaman Online
- Jumlah Pinjaman: Rp6.000.000
- Tenor: 5 hari
- Suku Bunga: 0.3% per hari (9% per bulan)
Perhitungan:
- Bunga per bulan: Rp6.000.000 x 9% = Rp540.000
- Bunga per hari Rp 540.000 / 30 = Rp 18.000
- Total bayar: Rp6.000.000 + (Rp18.000 x 5 hari) = Rp6.090.000
Pilih KTA Bank atau Pinjol? Sesuaikan dengan Kebutuhanmu! ⚡
Pinjaman KTA Bank dan pinjol punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau butuh dana cepat dengan proses mudah dan tenor pendek, pinjol bisa jadi solusi, tapi dengan bunga lebih tinggi. Sementara itu, KTA bank lebih cocok untuk pinjaman dengan plafon lebih besar dan tenor lebih panjang.
Sebelum mengambil pinjaman, bandingkan produk finansial terbaik biar nggak salah pilih! Cek Tuwaga buat info lengkap soal KTA, pinjaman multiguna, kartu kredit, hingga investasi yang cocok buat kebutuhan finansialmu!
