Saat menjalankan sebuah bisnis, tak sedikit pengusaha yang fokus hanya pada biaya produksi langsung seperti bahan baku dan tenaga kerja. Padahal, ada satu jenis pengeluaran yang diam-diam bisa menggerogoti profit kalau tidak dikelola dengan baik, lho. Biaya tersebut yaitu biaya overhead.
Meski tidak berkontribusi secara langsung dalam proses produksi, sebagai pemilik usaha atau tim finansial, kamu perlu tahu apa itu biaya overhead agar bisa menghasilkan keuntungan maksimal.
Lalu, sebenarnya apa itu biaya overhead? Dan bagaimana cara menghitungnya? Tuwaga sudah bahas lengkap mulai dari pengertian, jenis, hingga cara menghitungnya.
💡Jadi Poinnya…
- Definisi Biaya Overhead: Semua biaya tak langsung yang tidak terkait langsung dengan proses produksi, tapi tetap dibutuhkan agar operasional bisnis berjalan lancar.
- Pisahkan Biaya per Divisi: Untuk kontrol yang lebih akurat, biaya overhead sebaiknya dipetakan berdasarkan kebutuhan tiap divisi dalam perusahaan.
- Hitung Overhead Secara Rutin: Evaluasi bulanan atau kuartalan penting agar biaya tak langsung tetap terkendali dan keputusan finansial jadi lebih strategis.
Pengertian Biaya Overhead
Dilansir dari Investopedia, biaya overhead adalah semua pengeluaran dalam bisnis yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses produksi, tapi tetap dibutuhkan untuk kelancaran operasional bisnis dan perencanaan keuangan jangka panjang.
Contoh yang termasuk dalam biaya overhead yaitu biaya listrik, air, sewa tempat usaha, internet, hingga gaji staf administrasi dan keamanan.
Coba bayangkan kamu punya toko kue. Tepung, gula, dan telur yang kamu beli untuk bikin adonan termasuk biaya langsung. Tapi biaya untuk listrik oven, gaji kasir, sewa toko, sampai air minum untuk karyawan, itu semua masuk ke dalam biaya overhead.
Tanpa biaya overhead, operasional mungkin masih bisa berjalan, tapi tentu saja tidak akan optimal. Ibaratnya, toko mungkin tetap buka, tapi tanpa kasir? Atau bikin adonan tanpa listrik untuk oven?
Fungsi Biaya Overhead
Mengetahui jumlah biaya overhead dengan tepat akan sangat membantu bisnis dalam menentukan porsi anggaran untuk komponen lainnya. Hal ini karena biaya overhead memiliki fungsi penting berikut:
1. Menunjang Kelancaran Operasional Sehari-hari
Biaya overhead mencakup berbagai elemen yang menjaga bisnis tetap berjalan setiap hari. Mulai dari listrik untuk menghidupkan mesin, internet untuk komunikasi, sampai gaji staf yang membantu proses administratif. Tanpa pembiayaan rutin ini, roda bisnis akan tersendat atau bahkan berhenti.
2. Menentukan Harga Jual yang Tepat
Dalam menentukan harga produk atau jasa, pengusaha tidak bisa cuma menghitung bahan baku dan tenaga kerja saja.
Biaya overhead harus dimasukkan ke dalam kalkulasi agar harga jual bisa menutup seluruh pengeluaran dan tetap profit. Dengan menghitung overhead secara cermat, kamu bisa menetapkan harga yang kompetitif tanpa merugi.
3. Menghitung Titik Impas (Break Even Point)
Karena sebagian besar overhead adalah biaya tetap, data ini sangat dibutuhkan saat kamu ingin tahu kapan bisnis mulai balik modal. Titik impas (break even point) menunjukkan berapa banyak produk yang harus dijual agar semua biaya, baik langsung maupun overhead. Tanpa memperhitungkan overhead, analisis ini jadi tidak akurat.
4. Membantu Evaluasi Efisiensi dan Profitabilitas Usaha
Dengan melacak dan mengelola biaya overhead, kamu bisa tahu apakah pengeluaran masih masuk akal atau sudah membebani usaha.
Misalnya, apakah sewa terlalu mahal dibanding omzet? Atau apakah penggunaan listrik bisa ditekan? Ini akan membantu kamu membuat keputusan strategis untuk menjaga margin keuntungan tetap sehat.
Baca Juga: Mengenal Holding Company: Pengertian, Manfaat, dan Contohnya
Jenis-jenis Biaya Overhead
Menurut Corporate Finance Institute, biaya overhead bukan cuma satu jenis, tapi terbagi ke dalam beberapa kategori berdasarkan sifat, fungsi, dan tujuannya dalam operasional bisnis.
Pahami jenis-jenisnya supaya kamu bisa lebih cermat saat menyusun laporan keuangan atau menetapkan strategi efisiensi usaha:
1. Biaya Overhead Tetap (Fixed Overhead)
Biaya overhead tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah, meskipun aktivitas produksi naik atau turun. Jadi, mau kamu produksi 10 unit atau 1.000 unit barang, nilai pengeluarannya tetap sama.
Contoh:
- Sewa gedung atau toko.
- Gaji staf tetap (admin, office boy, security, dsb).
- Premi asuransi kantor.
- Biaya penyusutan aset tetap (mesin, komputer).
Kenapa penting? Karena biaya overhead tetap menjadi fondasi stabilitas usaha. Kamu wajib bayar tiap bulan, jadi harus dihitung sejak awal perencanaan anggaran. Kalau nggak, bisa boncos di akhir bulan meski penjualan bagus.
2. Biaya Overhead Variabel (Variable Overhead)
Berbeda dari yang tetap, biaya overhead variabel ini bergerak naik-turun tergantung volume aktivitas produksi. Semakin banyak produksi, semakin besar biaya variabelnya.
Contoh:
- Listrik untuk mesin produksi.
- Air untuk proses manufaktur.
- Biaya bahan habis pakai (seperti tisu, tinta printer, dll).
- Lembur karyawan produksi (jika dihitung sebagai overhead)
Apa fungsinya? Biaya ini bisa kamu kendalikan dan hemat sesuai kapasitas produksi. Jadi penting banget buat kamu yang usahanya fluktuatif, misalnya saat Ramadan naik, lalu turun di bulan biasa.
3. Biaya Overhead Semi-Variabel (Semi-Variable Overhead)
Ini jenis biaya yang punya unsur tetap dan variabel sekaligus. Biasanya ada biaya dasar yang tetap dibayar tiap bulan, tapi akan naik kalau penggunaan melebihi batas tertentu.
Contoh:
- Gaji sales dengan komisi: gaji pokok tetap, komisi tergantung hasil penjualan
- Tagihan listrik dengan minimum charge dan pemakaian tambahan.
- Biaya internet kantor dengan kuota tertentu.
Kenapa harus diperhatikan? Jenis biaya overhead ini tricky kalau kamu cuma hitung biaya tetapnya, kamu bisa keliru prediksi pengeluaran. Penting buat bisnis yang sering bergantung pada performa karyawan atau lonjakan permintaan.
Contoh Biaya Overhead yang Pasti Dibutuhkan Tiap Bisnis
Berikut adalah beberapa contoh pengeluaran overhead yang lazim dimiliki hampir semua jenis bisnis:
- Sewa tempat usaha: Biaya tetap yang wajib dibayarkan rutin.
- Tagihan listrik dan air: Termasuk semi-variabel, tergantung pemakaian.
- Internet dan telepon: Komponen penting di era digital.
- Asuransi: Proteksi terhadap risiko operasional atau bencana.
- Gaji staf non-produktif: Termasuk akuntan, CS, HR, dll.
- Pemasaran dan iklan: Biaya promosi di media sosial, cetak, dan digital.
- Biaya legal dan akuntansi: Untuk urusan pajak, audit, dan hukum.
- Pemeliharaan peralatan: Termasuk kendaraan dan mesin non-produktif.
Berapa Jumlah Biaya Overhead?
Dari penjelasan di atas, besarnya biaya overhead sangat tergantung pada skala dan jenis usaha. Namun, kamu bisa pakai estimasi kasar berikut:
- Listrik: Rp1.500–Rp2.500 per kWh.
- Air: Sekitar Rp7.000–Rp15.000 per m³ (tergantung PDAM).
- Sewa tempat usaha: Rp5 juta–Rp50 juta per bulan (tergantung lokasi dan ukuran).
- Internet & telepon: Mulai Rp500 ribu–Rp2 juta/bulan.
- Asuransi: Bervariasi, tergantung jenisnya. Asuransi aset bisa mulai dari Rp300 ribu–Rp1 juta/bulan.
- Gaji staf admin: UMR hingga Rp7 juta/bulan, tergantung posisi.
Ingat, semua angka di atas adalah kisaran. Tiap bisnis punya struktur biaya sendiri-sendiri.
Baca Juga: Apa Itu Bilyet Giro? Kenali Fungsi dan Syarat Pencairannya
Cara Menghitung Biaya Overhead
Berikut adalah beberapa metode praktis menghitung biaya overhead, lengkap dengan strategi dan contoh penerapan:
1. Memisahkan Biaya Overhead per Divisi
Langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah memetakan biaya overhead berdasarkan divisi atau departemen dalam perusahaan. Dengan cara ini, kamu bisa lebih mudah melihat pos mana saja yang menyedot dana paling besar, dan mana yang bisa dioptimalkan.
Strategi:
- Mintalah setiap divisi (produksi, pemasaran, HR, dll.) membuat daftar kebutuhan overhead mereka.
- Analisis usulan tersebut dan klasifikasikan berdasarkan kategori yaitu tetap, variabel, atau semi-variabel.
- Buat Spreadsheet khusus untuk mengelompokkan dan membandingkan.
Contoh: Divisi Produksi mengajukan kebutuhan listrik Rp4 juta/bulan, biaya servis mesin Rp1 juta, dan ATK Rp300 ribu. Total biaya overhead divisi ini Rp5,3 juta.
Manfaatnya: Dengan memisahkan overhead per divisi, kamu bisa lebih cepat mengidentifikasi pemborosan atau kebutuhan tambahan yang mendesak.
2. Membuat Estimasi Total Overhead Secara Keseluruhan
Metode ini lebih cocok buat bisnis kecil hingga menengah. Kamu cukup mengumpulkan semua biaya overhead dari berbagai bagian perusahaan, lalu menjumlahkannya menjadi satu angka total. Estimasi ini biasanya dijadikan dasar dalam menyusun rencana anggaran tahunan.
Strategi:
- Kumpulkan semua komponen biaya overhead dari laporan keuangan bulan sebelumnya.
- Masukkan biaya tetap (sewa, gaji staf admin), biaya variabel (listrik, lembur), dan biaya tambahan musiman.
- Hitung total bulanan dan estimasi per tahun.
Contoh: Jika seluruh biaya overhead per bulan adalah Rp25 juta, maka dalam setahun (tanpa fluktuasi besar) kamu akan punya overhead Rp300 juta. Estimasi ini penting sebagai acuan budgeting dan pricing.
Manfaatnya: Cocok untuk manajemen yang ingin membuat proyeksi anggaran tanpa terlalu ribet mengurus detail per divisi.
3. Menggunakan Persentase (Proportional Allocation Method)
Cara ini sering dipakai oleh perusahaan yang ingin mendistribusikan biaya overhead berdasarkan proporsi kebutuhan atau kontribusi tiap divisi. Metode ini lebih fleksibel, terutama ketika sumber daya bersama (seperti listrik, internet, atau cleaning service) harus dibagi secara adil.
Strategi:
- Tentukan dasar pembagian, misalnya luas area kantor, jumlah karyawan per divisi, atau jam kerja mesin.
- Hitung total biaya overhead yang ingin dibagi.
- Alokasikan biaya sesuai persentase yang sudah ditetapkan.
Contoh: Total biaya listrik kantor Rp10 juta. Divisi Produksi menempati 50% dari luas gedung, Marketing 30%, dan HR 20%. Maka:
- Produksi menanggung Rp5 juta.
- Marketing Rp3 juta.
- HR Rp2 juta.
Manfaatnya: Sangat adil dan transparan, terutama untuk perusahaan yang menggunakan banyak sumber daya bersama.
4. Menentukan Tarif Overhead (Overhead Rate)
Setelah tahu total biaya overhead, kamu bisa menentukan tarif overhead per unit produk. Ini penting kalau kamu ingin tahu berapa total biaya yang perlu dibebankan ke produk atau jasa yang kamu jual. Dilansir dari Freshbooks, berikut rumus biaya overhead secara umum:
Biaya Overhead = Total Biaya Overhead ÷ Total Jam Kerja / Unit Produksi
Contoh:
Jika total overhead Rp100 juta dan kamu menghasilkan 10.000 unit produk, maka tarif overhead per unit adalah Rp10.000. Angka ini nantinya akan dimasukkan ke dalam total biaya pokok produksi.
Manfaatnya: Membantu kamu menentukan harga jual yang lebih akurat dan laba bersih yang realistis.
5. Gunakan Software Akuntansi atau Spreadsheet Dinamis
Kalau kamu udah punya usaha dengan banyak divisi dan transaksi, sebaiknya pakai tools digital seperti software akuntansi seperti Mekari Jurnal, Ukirama ERP, Google Sheets, HashMicro, dan ScaleOcean. Ini akan sangat membantu dalam:
- Menghindari salah hitung.
- Update data real-time.
- Bikin laporan otomatis per bulan atau kuartal.
Beberapa software juga bisa langsung kasih insight keuangan, seperti rekomendasi penghematan overhead atau analisis perbandingan biaya antar divisi.
Pahami & Kelola Overhead, Biar Bisnismu Nggak Tumbang!
Jadi, mulai sekarang, catat dan kelola biaya overhead kamu dengan rapi. Gunakan data ini untuk mengatur strategi harga, evaluasi efisiensi, dan tentu saja, menjaga kesehatan keuangan bisnismu.
Kalau kamu lagi butuh tambahan modal usaha, pastikan kamu ambil langkah yang tepat dengan kartu kredit, dana tunai kendaraan hingga pinjaman tanpa jaminan (KTA) dari lembaga resmi yang aman dan terdaftar OJK. Kamu bisa cari dan bandingkan berbagai produk pinjaman usaha lewat Tuwaga, sekaligus ajukan pinjamannya secara online dan aman.