Kalau buka sosmed, pasti udah sering lewat informasi tentang konflik Thailand dan Kamboja, kan? 🧐 Beberapa waktu terakhir, hubungan kedua negara ini semakin memanas, terutama soal sengketa wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear yang sudah lama jadi topik panas.
Meskipun kedua negara sepakat melakukan gencatan senjata setelah tekanan internasional, ternyata masih ada kejadian baku tembak yang menambah ketegangan. Yuk, simak lebih lanjut, karena banyak fakta penting yang perlu kamu tahu! 🔥
💡 Jadi Poinnya…
- Gencatan Senjata yang Rapuh: Gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja sebenarnya tercapai setelah perundingan yang didorong oleh Amerika Serikat dan Tiongkok, namun hanya dalam beberapa jam, Thailand menuduh Kamboja melanggar perjanjian tersebut. Jadi meskipun ada kesepakatan damai, ketegangan tetap tinggi!
- Sengketa Wilayah yang Tidak Kunjung Usai: Konflik ini sudah berlangsung lama, dan sebenarnya berakar dari sengketa wilayah sekitar Kuil Preah Vihear. Mahkamah Internasional memutuskan bahwa kuil tersebut milik Kamboja, namun Thailand masih nggak terima dan terus memperdebatkannya. Nah, hal ini yang memicu bentrokan antar kedua negara!
- Potensi Perang Terbuka Terbilang Kecil: Meskipun ada potensi untuk berkembang jadi perang terbuka, para ahli lebih cenderung mengatakan kalau ini lebih soal ketegangan yang bisa mereda dengan diplomasi. Namun, keadaan tetap sensitif, dan kesalahan dalam mengambil langkah bisa membuat situasi semakin buruk.
Bagaimana Konflik Ini Berawal?

Kamboja dan Thailand telah lama bersengketa mengenai sebagian wilayah perbatasan mereka, yang dari waktu ke waktu memicu bentrokan sporadis. Bentrokan ini terakhir kali terjadi pada tahun 2011.
Masalah ini berakar sejak lebih dari satu abad yang lalu ketika kekuatan Kolonial Perancis membuat peta batas kedua negara. Keduanya mengklaim kepemilikan atas Preah Vihear, sebuah kuil Hindu abad ke-11 yang terletak di wilayah perbatasan. Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa Preah Vihear berada dalam wilayah kedaulatan Kamboja.
Thailand akhirnya menolak keputusan ini, meskipun ICJ menegaskan kembali pada tahun 2013 dan memerintahkan pasukan Thailand untuk mundur dari wilayah tersebut. Topik ini menjadi isu panas bagi para nasionalis di kedua negara.
Ketegangan mulai memanas kembali ketika seorang tentara Kamboja tewas di perbatasan pada bulan Mei. Sebuah panggilan telepon antara Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra dan mantan pemimpin kuat Kamboja — sekaligus pemimpin de facto — Hun Sen menyebabkan gejolak politik besar.
Hun Sen membocorkan isi percakapan tersebut, di mana Shinawatra tampak menuruti keinginan Hun Sen dan mengkritik salah satu petinggi militer Thailand. Hal ini memicu kemarahan publik di Thailand karena dinilai tunduk kepada Kamboja. Akibatnya, Shinawatra diskors sementara pengadilan menyelidiki apakah ia akan diberhentikan.
Apa yang Sebenarnya Terjadi di Hari Kamis?
Thailand dan Kamboja memberikan versi yang berbeda terkait insiden yang terjadi pada hari Kamis.
Keterangan Versi Thailand
Menurut Dewan Keamanan Nasional Thailand (NSC), sekitar pukul 07.30 waktu setempat (00.30 GMT), militer Kamboja mengarahkan drone untuk mengawasi pergerakan pasukan Thailand di dekat perbatasan. Tak lama kemudian, personel militer Kamboja yang membawa peluncur granat berkumpul di area perbatasan.
Tentara Thailand mencoba bernegosiasi dengan berteriak, namun tidak berhasil. Sekitar pukul 08.20 waktu setempat, tentara Kamboja disebutkan melepaskan tembakan terlebih dahulu. Hal tersebut memaksa pasukan Thailand untuk melakukan serangan balasan.
Thailand menuduh Kamboja menggunakan senjata berat, termasuk peluncur roket BM-21 dan artileri, yang menyebabkan kerusakan pada rumah-rumah serta fasilitas publik di sisi Thailand, termasuk rumah sakit dan SPBU.
Keterangan Versi Kamboja
Sebaliknya, Kamboja mengklaim bahwa pasukan Thailand yang memulai konflik sekitar pukul 06.30 , dengan melanggar kesepakatan sebelumnya dengan bergerak mendekati sebuah kuil Khmer-Hindu di perbatasan dan memasang kawat berduri di sekelilingnya.
Thailand kemudian menerbangkan drone sekitar pukul 07.00, dan menembakkan peluru “ke udara” pada pukul 08.30, menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata. Pada pukul 08.46, menurut Socheata yang dikutip dari Phnom Penh Post, pasukan Thailand secara “pre-emptive” (lebih dulu) melepaskan tembakan ke arah pasukan Kamboja, sehingga pihak Kamboja tidak punya pilihan lain selain membela diri. Ia juga menuduh Thailand mengerahkan pasukan secara berlebihan, menggunakan senjata berat, dan melakukan serangan udara secara sengaja ke wilayah Kamboja.
Apa yang Disepakati di Malaysia?

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan bahwa gencatan senjata telah disepakati, menyebutnya sebagai “langkah awal yang penting untuk meredakan ketegangan dan memulihkan perdamaian serta keamanan.” Gencatan senjata dimulai pada tengah malam, dan pada hari Selasa setelah berlaku, komandan militer dari kedua pihak akan bertemu, tambahnya.
Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet — putra Hun Sen yang menempuh pendidikan militer di West Point, AS — berterima kasih kepada Trump dan pemerintah Tiongkok atas keterlibatan mereka dalam mediasi. Ia mengatakan bahwa saatnya telah tiba untuk “membangun kembali rasa saling percaya antara Kamboja dan Thailand.”
Sementara itu, Pelaksana Tugas Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, juga mengucapkan terima kasih kepada Trump dan mengatakan bahwa Thailand telah bernegosiasi dengan “itikad baik.”
Akhir pekan lalu, Trump menelepon kedua pemimpin dan mengancam akan menarik diri dari negosiasi tarif jika pertempuran terus berlanjut. Pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Marco Rubio juga menyerukan agar permusuhan segera dihentikan.
Tuduhan Pelanggaran Gencatan Senjata
Selasa, 29 Juli 2025, beberapa jam setelah gencatan senjata mulai berlaku pada tengah malam tanggal 28 Juli 2025, Thailand menuduh Kamboja melancarkan serangan bersenjata ke beberapa wilayah di dalam wilayah Thailand. Kolonel Winthai Suvaree menyebut hal tersebut sebagai pelanggaran disengaja yang merusak kepercayaan bersama. Pasukan Thailand melakukan serangan balasan sebagai bentuk pembelaan diri.
Mengutip dari AFP, saling serang ini melibatkan hanya baku tembak senjata api dan bukan persenjataan perang berat. Baku tembak ini terjadi dari tanggal 29 Juli 2025 malam hingga pagi hari pukul 05.30 waktu setempat.
“Setelah gencatan senjata diumumkan, gangguan dilaporkan di wilayah Phu Makua yang disebabkan oleh pihak Kamboja, yang menyebabkan baku tembak antara kedua belah pihak yang berlanjut hingga pagi hari,” kata Wakil Juru Bicara Militer Thailand, Ritcha Suksuwanon, dalam sebuah pernyataan.
Disisi lain, Kamboja membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa mereka mematuhi kesepakatan gencatan senjata. Situasi daerah perbatasan mulai mereda, dan dialihkan kepada soal diplomasi dan pengawasan bersama sebagai bagian dari mekanisme de-eskalasi. Pertemuan kedua komandan militer tetap akan dijadwalkan.
Apakah Akan Berubah Menjadi Perang Terbuka?
Pejabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, menyatakan bahwa sengketa ini masih dalam tahap “sensitif” dan harus diselesaikan dengan hati-hati serta sesuai dengan hukum internasional.
Sementara itu, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, mengatakan negaranya ingin menyelesaikan konflik secara damai, tetapi “tidak punya pilihan” selain “melawan agresi bersenjata dengan kekuatan bersenjata.”
Meski bentrokan bersenjata sudah terjadi beberapa kali dalam sejarah, biasanya konflik seperti ini mereda cukup cepat — dan koresponden BBC, Jonathan Head, memperkirakan jalur ini kemungkinan besar akan terulang.
Namun ia juga memperingatkan bahwa saat ini kedua negara tampaknya kekurangan pemimpin dengan kekuatan dan kepercayaan diri yang cukup untuk mengambil langkah mundur dari konfrontasi ini.
Apakah Aman Bepergian ke Thailand dan Kamboja?
Bagi wisatawan yang berencana mengunjungi Thailand, pemerintah menyarankan untuk menghindari semua perjalanan yang tidak penting ke area perbatasan dalam radius 50 km dari seluruh perbatasan Kamboja. Demikian pula yang berada di wilayah Kamboja, disarankan untuk tidak melakukan perjalanan yang tidak penting ke area perbatasan dalam radius 50 km dari seluruh perbatasan Thailand.
Buat kamu yang tertarik mengetahui lebih lanjut tentang situasi internasional atau membutuhkan informasi terkait produk finansial yang relevan, Tuwaga bisa jadi solusi terbaik buat kamu!
Di Tuwaga, kamu bisa mengeksplor berbagai pilihan produk finansial mulai dari kartu kredit, tabungan, KTA, hingga properti. Nggak hanya itu, kamu juga bisa temukan berbagai artikel menarik buat nambah wawasan. Yuk, cek sekarang di TuwagaPromo dan dapatkan promo menarik di merchant favorit kamu!