Beasiswa LPDP udah jadi impian banyak mahasiswa Indonesia yang pengen lanjut studi ke luar negeri. Tapi ternyata, nggak semua prosesnya mulus. Di tahun 2025 ini, muncul kasus mahasiswa LPDP yang ditolak oleh beberapa kampus luar negeri meskipun sudah punya LoA alias Letter of Acceptance.
Kok bisa? Yuk, kita bahas bareng secara santai di Tuwaga.
💡 Jadi Poinnya…
- Bukan Masalah Prestasi, Tapi Soal Uang Saku: Beberapa kampus luar negeri, kayak University of Amsterdam, menolak mahasiswa LPDP karena dana hidup dari LPDP dianggap nggak cukup buat standar biaya hidup menurut kampus.
- Living Allowance Masih Ada Gap Realita: Meski LPDP klaim nominalnya sudah sesuai kajian per negara, ternyata tiap kampus punya standar biaya sendiri yang bisa lebih tinggi.
- Kabar Baiknya, Masih Ada Solusi: LPDP menerima konsultasi atau penyesuaian dana, bahkan bisa pertimbangkan kampus alternatif yang tetap welcome sama skema LPDP.
Alasan Mahasiswa LPDP Bisa Ditolak Kampus Luar Negeri
Anggun Gunawan, dosen tetap di Program Studi Penerbitan, Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta menulis di kolom Kompas edisi 4 Juli 2025 soal dirinya yang gagal lanjut studi S3 di University of Amsterdam, Belanda. Bukan karena nilai atau syarat dokumen, melainkan soal biaya hidup yang nggak sesuai standar kampus.
Kampus seperti University of Amsterdam kini menetapkan syarat minimum biaya hidup mahasiswa internasional sebesar 1.700 euro per bulan (Rp32,3 juta). Sayangnya, skema beasiswa LPDP saat ini hanya menanggung biaya hidup 1.500 euro per bulan (Rp28,5 juta) untuk negara Belanda.
Kekurangan 200 euro tersebut dianggap krusial oleh pihak kampus karena mereka nggak mau mahasiswa berisiko kesulitan finansial selama studi. Jadi, LoA milik Anggun nggak diperpanjang karena masalah ini.
Nggak cuma University of Amsterdam, beberapa kampus di Belanda juga menolak mahasiswa LPDP jika nominal living allowance di bawah standar hidup lokal.
Dilansir dari Buku Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Scholarship Funding Components edisi April 2024, berikut besaran uang saku yang ditanggung LPDP di 65 negara:
1. Afrika Selatan: USD 800 (Rp12,5 juta)
2. Amerika Serikat: USD 2.000-2.500 (Rp26 juta-Rp39 juta)
3. Arab Saudi: SAR 2.650 (Rp11 juta)
4. Argentina: USD 700 (Rp11 juta)
5. Australia: AUD 2.500-AUD 2.800 (Rp25 juta-Rp28 juta)
6. Austria: EUR 1.100 (Rp19 juta)
7. Belanda: EUR 1.500 (Rp25 juta)
8. Belarus: USD 450 (Rp7 juta)
9. Belgia: EUR 1.300 (Rp30 juta)
10. Brazil: BRL 2.500 (Rp8 juta)
11. Brunei Darussalam: BND 570 (Rp6 juta)
12. Bulgaria: BGN 850 (Rp7 juta)
13. Chile: USD 1.400 (Rp22 juta)
14. Denmark: EUR 1.300 (Rp22 juta)
15. Estonia: EUR 700 (Rp12 juta)
16. Filipina: PHP 35.100 (Rp10 juta)
17. Finlandia: EUR 1.200 (Rp10 juta)
18. Hongkong: HKD 11.000 (Rp22 juta)
19. Hongaria: EUR 670 (Rp11 juta)
20. India: INR 29.000 (Rp5 juta)
21. Inggris: GBP 1.250-1.600 (Rp24 juta-Rp31 juta)
22. Iran: EUR 820 (Rp14 juta)
23. Irlandia: EUR 1.300 (Rp22 juta)
24. Islandia: USD 1.550 (Rp24 juta)
25. Italia: EUR 1.100 (Rp19 juta)
26. Jepang: JPY 155.000-170.000 (Rp16 juta-Rp18 juta)
27. Jerman: EUR 1.400 (Rp24 juta)
28. Kanada: CAD 1.900 (Rp22 juta)
29. Korea Selatan: KRW 1.300.000 (Rp15 juta)
30. Kroasia: EUR 550 (Rp9 juta)
31. Latvia: EUR 540 (Rp9 juta)
32. Lebanon: USD 1.150 (Rp18 juta)
33. Lituania: EUR 625 (Rp10 juta)
34. Luksemburg: EUR 1.220 (Rp21 juta)
35. Makau: MOP 7.800 (Rp15 juta)
36. Malaysia: MYR 2.300 (Rp7 juta)
37. Maroko: EUR 540 (Rp9 juta)
38. Meksiko: USD 1.100 (Rp17 juta)
39. Mesir: USD 758 (Rp12 juta)
40. Norwegia: NOK 12.000 (Rp28 juta)
41. Pakistan: USD 410 (Rp16 juta)
42. Perancis: EUR 1.500 (Rp25 juta)
43. Polandia: EUR 610 (Rp10 juta)
44. Portugal: EUR 800 (Rp13 juta)
45. Qatar: QAR 5.190 (Rp22 juta)
46. Rusia: USD 575-USD 876 (Rp9 juta-Rp13 juta)
47. Selandia Baru: NZD 2.000-NZD 2.300 (Rp19 juta-Rp22 juta)
48. Singapura: SGD 2.000 (Rp23 juta)
49. Siprus: EUR 650 (Rp11 juta)
50. Slovenia: EUR 650 (Rp11 juta)
51. Spanyol: EUR 1.150 (Rp19 juta)
52. Sudan: USD 700 (Rp11 juta)
53. Swedia: SEK 10.700 (Rp16 juta)
54. Swiss: CHF 2.050 (Rp37 juta)
55. Taiwan: USD 900 (Rp14 juta)
56. Thailand: THB 21.500 (Rp9 juta)
57. China: CNY 5.700 (Rp12 juta)
58. Turki: EUR 420 (Rp7 juta)
59. UAE: AED 5.250 (Rp22 juta)
60. Uzbekistan: USD 620 (Rp10 juta)
61. Vietnam: VND 10.790.000 (Rp7 juta)
62. Yordania: USD 500 (Rp8 juta)
63. Yaman: USD 700 (Rp11,4 juta)
64. Yunani: EUR 550 (Rp9 juta)
65. Oman: USD 860 (Rp14 juta).
Meskipun angkanya kelihatan besar, di beberapa negara itu belum tentu cukup kalau disesuaikan dengan harga sewa, transportasi, makanan, sampai kebutuhan akademik lainnya.
Baca Juga: Biaya Hidup Per Bulan di Belanda 2025: Sendiri, Mahasiswa, & Keluarga
Emang Berapa Biaya Hidup Layak untuk Kuliah di Luar Negeri?
LPDP sendiri menetapkan standar tunjangan hidup berdasarkan kajian yang katanya menyesuaikan dengan kondisi ekonomi negara tujuan. Tapi realitanya, biaya hidup naik dan standar minimum dari kampus luar negeri juga ikut berubah.
Dilansir dari Sun Education Group dan situs terpercaya lainnya, berikut gambaran biaya hidup layak tinggal di berbagai negara tujuan LPDP:
- Amerika Serikat: $1.951 (Rp31,60 juta)-$5.000 (Rp80 juta)
- Belanda: €1.700 (Rp32,3 juta)
- Denmark: €1.800 (Rp34,2 juta)
- Inggris: £1.568 (Rp34,6 juta)
- Jerman: €1.500 (Rp28,5 juta)
- Kanada: CAD 1.900 (Rp22,5 juta)
- Korea Selatan: ₩1.500.000 (Rp17,7 juta)
- Prancis: €1.200 (Rp22,8 juta)
- Swiss: CHF 4.500 (Rp91 juta)
- Norwegia: NOK10.700 (Rp17,2 juta).
Penjelasan dari LPDP
Direktur Beasiswa LPDP, Dwi Larso, bilang kalau nominal biaya hidup yang mereka kasih sudah sesuai dengan standar biaya di negara tujuan. Bahkan katanya udah melalui kajian menyeluruh. Saat ini, katanya ada 799 mahasiswa LPDP yang sedang kuliah di Belanda dan 105 lainnya akan segera menyusul.
Namun, dia juga mengakui kalau nggak semua skema pembiayaan LPDP bisa cocok dengan kebijakan kampus. Di sinilah muncul kemungkinan penolakan. Kalau kampus nggak terima beasiswa LPDP karena nominalnya nggak sesuai, maka mahasiswa bisa mengupayakan:
- Ajukan penyesuaian beasiswa.
- Cari kampus alternatif yang masih kerja sama dengan LPDP.
- Konsultasi dengan tim LPDP untuk perencanaan studi yang lebih realistis.
Apa Solusi dari Pemerintah dan LPDP?
Meski banyak kampus masih menerima beasiswa LPDP, LPDP nggak menutup mata terhadap penyesuaian yang dibutuhkan. Dwi Larso bilang kalau pihaknya terbuka terhadap masukan dan siap berkomunikasi aktif dengan kampus luar negeri untuk memperbarui kesepakatan.
LPDP juga menyediakan layanan konsultasi dan pendampingan buat para calon penerima agar bisa menyusun rencana studi yang lebih kuat dan sesuai kebijakan yang berlaku di tiap kampus tujuan.
Intinya, sistem LPDP bukan tanpa celah, tapi terus dikembangkan agar tetap relevan dengan standar global. Dan kamu sebagai penerima beasiswa juga dituntut buat lebih proaktif.
LPDP tetap jadi program beasiswa bergengsi yang layak diperjuangkan. Tapi penting juga untuk sadar bahwa studi di luar negeri nggak cuma soal LoA dan dana pendidikan, melainkan juga kesiapan hidup di sistem baru yang kadang nggak fleksibel. Menurutmu gimana?
Kalau butuh insight finansial lainnya, atau mau cari produk pendukung studi dan keuangan pribadi — Tuwaga bisa jadi solusi terbaik buat kamu! Di Tuwaga, kamu bisa dapat info lengkap soal kartu kredit, deposito, tabungan syariah, dana tunai properti/kendaraan, hingga KTA.