mas-mas-ino-2
Tunggu kami di 2025 🚀
Tuwaga siap menjadi teman finansialmu!
/
/
/
PPN 12% Nggak Jadi Naik, Tapi Kok Harga Barang Tetap Tinggi?

PPN 12% Nggak Jadi Naik, Tapi Kok Harga Barang Tetap Tinggi?

Ditulis oleh
 32 views
Terakhir diupdate Thu, 2 Jan 2025
teori price stickiness

Guys, udah denger kabar terbarunya? Pemerintah akhirnya mengumumkan kalau PPN 12% nggak jadi naik buat semua sektor, cuma berlaku buat barang mewah aja. Jadi, barang kebutuhan sehari-hari kayak sembako, susu, dan barang lain aman dari kenaikan PPN. Yeay, lega kan?🥳 

Eh, tapi… kok di supermarket, harga barang masih tinggi? Biaya jasa di e-commerce juga belum turun? Apa-apaan ini?😤

Ternyata, drama PPN ini bikin efek domino yang nggak terduga. Sejak desas-desus kenaikan PPN mulai ramai awal Desember, banyak produsen udah buru-buru nge-adjust harga mereka buat “antisipasi kenaikan.” 

Jadi, sebelum pengumuman “PPN cuma buat barang mewah,” harga-harga udah terlanjur naik duluan. Dan… seperti yang kita tahu, harga kalau udah naik, susah banget turun lagi. Sounds familiar? Yes, ini yang namanya price stickiness alias “harga yang tegar.”

💡Key Takeaways:

  1. Price Stickiness Membuat Harga Susah Turun: Setelah naik, harga barang sering tetap tinggi meskipun biaya produksi atau pajak sudah berkurang.
  2. Strategi Hemat di Tengah Harga Tinggi: Pintar cari promo, prioritas barang esensial, dan pantau tren harga untuk menyiasati price stickiness.
  3. Kebiasaan Konsumen Mempengaruhi Harga: Produsen enggan menurunkan harga karena konsumen sudah terbiasa dengan harga baru sebagai “normal.”

Price Stickiness: Drama Harga yang Susah Turun

Price stickiness ini emang relatable banget sama situasi sekarang. Walaupun pemerintah udah ngumumin kalau PPN nggak jadi naik, harga barang yang terlanjur naik susah banget buat turun. 

Kenapa? Karena produsen udah nge-set harga baru itu sebagai “harga wajar,” dan mereka nggak punya insentif buat nurunin lagi.

Nah, ini dia dua jenis price stickiness yang perlu kamu tahu:

Sticky Prices Upward: Harga susah naik meskipun biaya atau permintaan meningkat. Misalnya, perusahaan ragu menaikkan harga karena takut kehilangan pelanggan.

Sticky Prices Downward: Harga susah turun walaupun biaya atau permintaan turun. Contohnya, upah pekerja yang jarang dipotong meskipun perusahaan lagi mengalami tekanan ekonomi.

Kenapa Harga Nggak Bisa Balik Lagi?

Jadi gini, begitu harga udah naik, banyak alasan yang bikin produsen atau penjual males nurunin harga lagi. Mau tahu kenapa? Yuk, kita bahas:

  • Udah Keburu Jadi Harga Normal: Pas harga naik, konsumen pelan-pelan jadi terbiasa sama angka baru itu. Otomatis, produsen mikir, “Kenapa harus nurunin kalau orang udah nerima harga segini?” 🙃
  • Takut Rugi: Produsen dan penjual lebih baik mempertahankan margin tinggi daripada nurunin harga dan kehilangan keuntungan. Mereka mikirnya, “Udah rugi karena setting harga baru, masa mau rugi lagi gara-gara turunin?”
  • Biaya Ubah Harga (Menu Costs): Mau nurunin harga? Ya siap-siap cetak ulang label harga, update sistem, bahkan bikin promo baru. Semua itu kan pakai biaya lagi. Daripada repot, mending dibiarkan aja.
  • Efek Psikologis: Lucunya, harga yang turun kadang dianggap sinyal buruk sama konsumen. Mereka bisa mikir, “Eh, jangan-jangan kualitas barang ini lagi turun?” Jadi, demi menjaga image, banyak produsen nggak mau ambil risiko ini.

PPN 12% dan Price Stickiness: Drama yang Relatable Banget

Sejak desas-desus kenaikan PPN muncul, banyak produsen langsung menaikkan harga buat jaga-jaga. Tapi setelah pemerintah mengumumkan bahwa kenaikan PPN hanya berlaku buat barang mewah, harga yang udah naik tetap bertahan. Kenapa? Karena produsen merasa konsumen udah terbiasa dengan harga baru.

Coba deh cek harga bahan pokok di supermarket atau layanan di e-commerce. Banyak yang udah naik sejak awal Desember, tapi nggak kunjung turun setelah pengumuman terbaru.

Bahkan, netizen saling ngeluh di sosmed. Contohnya aja nih, ada cuitan dari @Fandiwargreymon tentang adjustment biaya layanan e-commerce karena kenaikan PPN 12%👇

Ini adalah contoh nyata dari sticky prices downward—harga barang tetap tinggi, meskipun alasan kenaikannya udah nggak relevan lagi.

Harga Barang Cenderung Terus Naik: Bukti dari Grafik CPI

Chart: Investopedia / Diccon Hyatt  Source: Bureau of Labor Statistics via Federal Reserve Economic Data

Guys, coba deh lihat grafik ini. Grafik dari Consumer Price Index (CPI) ini nunjukin gimana harga barang dan jasa udah naik 19% sejak Februari 2020, tepat sebelum pandemi dimulai📈

Ada garis merah putus-putus yang ngasih tahu level harga sebelum pandemi. Dan jelas banget, harga sekarang udah jauh di atas garis itu. Bahkan, belum ada tanda-tanda harga bakal balik ke level sebelum pandemi. 

Jadi, kalau kamu ngerasa barang sekarang mahal banget, well, grafik ini nunjukin fakta bahwa itu bukan cuma perasaanmu dan ini jadi bukti price stickiness di real life.

Itulah kenapa kita sebagai konsumen perlu cerdas menyiasati harga yang terus naik. Gunakan promo, bandingkan harga, dan fokus beli yang benar-benar perlu. Dengan begitu, kita tetap bisa bertahan meskipun harga nggak bersahabat. 

Tips Praktis Menghadapi Harga yang Susah Turun

Nggak bisa dipungkiri, price stickiness bikin kita jadi harus lebih strategis dalam mengatur pengeluaran sehari-hari. Nah, biar dompet nggak nangis, yuk terapkan tips ini:

1. Pintar Cari Promo

Harga barang nggak turun? Nggak masalah, banyak cara untuk tetap hemat.

  • Manfaatkan diskon: Selalu cek promo di aplikasi belanja favorit kamu. E-commerce sering ngasih potongan harga besar-besaran saat flash sale atau Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional).
  • Gunakan cashback: Banyak platform pembayaran digital yang menawarkan cashback untuk pembelian tertentu. Ini bisa bantu mengurangi beban kenaikan harga.
  • Daftar ke program loyalitas: Toko atau supermarket sering punya program member yang ngasih harga spesial buat pelanggan tetap.

Jangan malas untuk cek promo di beberapa platform sekaligus. Kadang beda platform, beda diskonnya, lho!

2. Prioritaskan Barang Esensial

Di tengah harga yang nggak turun, penting buat memilah barang mana yang beneran kamu butuhin.

  • Buat daftar belanja: Sebelum ke supermarket atau checkout di e-commerce, tulis dulu barang esensial yang perlu kamu beli. Ini mencegah belanja impulsif.
  • Tunda barang non-esensial: Misalnya, kalau harga gadget atau barang sekunder lagi tinggi, lebih baik tunggu momen promo besar daripada beli sekarang.

Terapkan sistem “20 detik berpikir” sebelum beli sesuatu. Tanya diri sendiri: “Aku butuh atau cuma mau?” Kalau cuma mau, mending simpan dulu di wishlist.

3. Cek Tren Harga

Pola harga itu sering predictable. Kamu bisa memanfaatkan pola ini untuk belanja di waktu yang tepat.

  • Pantau harga barang favorit: Banyak aplikasi belanja punya fitur “harga turun” yang bisa kasih notifikasi kalau barang yang kamu incar lagi promo.
  • Perhatikan siklus diskon: Misalnya, belanja barang elektronik biasanya lebih murah pas akhir tahun atau setelah launching model terbaru.

Gunakan fitur perbandingan harga di e-commerce untuk tahu platform mana yang jual barang lebih murah. Jangan lupa cek ongkir juga!

Jadi, Gimana?

Price stickiness memang bikin hidup lebih menantang, tapi kita bisa kok tetap hemat dengan strategi yang tepat. Cerdas cari promo, beli sesuai kebutuhan, dan pantau tren harga biar tetap bisa memenuhi kebutuhan tanpa harus mengorbankan dompet.

Semangat, guys!💪 

Share tips dari Tuwaga ini ke teman-temanmu juga, ya, biar mereka nggak kaget sama harga yang terus naik! 😊

Bagikan ke

Tentang Penulis

Ikuti Sosial Media Tuwaga

Info terbaru tentang finansial dan Tuwaga

Tuwaga siap menemani perjalanan finansialmu!​
🚀 Coming Soon 2025
Langganan newsletter sekarang, dapat 

500 ribu✨ buat pemenang!*

*Syarat dan ketentuan berlaku

Bersama tuwaga semua bisa
Bersama tuwaga semua bisa - mobile
Scroll to Top

Ubah profil?

Yakin ingin menyimpan perubahan profil?