Menutup akhir tahun 2024, tampaknya dunia bisnis lagi memasuki genre horor, guys🧟♂️ Pasalnya, Wamenaker Emmanuel Ebenezer bilang ada sekitar 80.000 pekerja yang kena pemutusan hubungan kerja (PHK) selama 2024. Belum lagi, bakal ada PHK susulan dari 60 perusahaan nantinya.
Gelombang PHK diprediksi bakal terus berlanjut sampai tahun 2025, terutama di industri padat karya kayak manufaktur dan pengolahan. Rupanya, bukan cuma kenaikan UMP dan pajak-pajak di tahun 2025 yang jadi biang kerok PHK massa.
Penasaran? Yuk, bahas bareng Tuwaga. Kamu juga bakal tahu gimana strategi terbaik buat hadapi PHK dan alternatif pekerjaan sampingan buat nambah income.
💡Key Takeaways:
- Badai PHK selama 2024: Wamenaker sebut ada sekitar 80 ribu orang yang ter-PHK selama tahun 2024. Angka tersebut naik daripada tahun 2023 dan 2022.
- Penyebab PHK yang Beragam: Selain PPH 12% dan kenaikan UMP jadi 6,5%, PHK massal juga disebabkan karena kebijakan pemerintah yang mempermudah impor dan restrukturisasi manajemen perusahaan.
- Kiat Persiapan sebelum Kena PHK: Mulai eksplor skill baru biar nggak bergantung sama satu skill, bikin dana darurat, dan mulai biasakan investasi di instrumen dan platform yang aman, seperti Ajaib, Stockbit, dan Bibit.
Data PHK Sepanjang 2020-2024
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut jumlah kasus PHK di Indonesia sepanjang tahun 2020-2024 menurut Kemenaker:
Kasus PHK karyawan selama 2024 terjadi di berbagai sektor bisnis, mulai dari start-up, perusahaan tekstil, sampai BUMN. Salah satunya yaitu PHK Sritex yang mengguncang industri tekstil di Indonesia.
PHK massa diperkirakan bakal berlanjut di tahun 2025. Hal tersebut juga diutarakan oleh Deputi Komunikasi BPJS Ketenagakerjaan, Oni Marbun, mengingat jumlah klaim Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) meningkat 14% dibandingkan 2023. Nominalnya sendiri mencapai Rp289,96 miliar sampai September 2024.
Apa Penyebab PHK Massa?
Kalau lihat data di poin sebelumnya, jumlah pekerja yang ter-PHK sempat turun setelah pandemi Covid-19, tapi naik lagi mulai tahun 2023 hingga sekarang.
Kira-kira apa yang bikin kasus PHK tinggi dalam 3 tahun terakhir? Berikut penyebabnya:
1. Tekanan di Sektor Ekspor
Dikutip Kumparan, Direktur Celios, Bima bilang ada penurunan permintaan barang ekspor dari China, Eropa, dan Amerika Serikat yang bikin sektor ekspor tertekan. Industri manufaktur pun jadi lesu bahkan sejak Maret 2024, menurut S&P Global, Purchasing Manager’s Index (PMI).
Produktivitas yang turun bikin perusahaan mau nggak mau ngurangin biaya operasional, salah satunya dengan mem-PHK karyawannya.
2. Kebijakan yang Mempermudah Impor
Ini yang lagi ramai di kalangan pengusaha dan serikat kerja. Mereka dirugikan sama Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 perubahan ketiga atas Permendag Nomor 36 Tahun 2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.
Permendag Nomor 8 Tahun 2024 menyebutkan ada penghapusan syarat teknis (pertek) buat impor beberapa komoditas, termasuk kosmetik, alas kaki, pakaian jadi, dan obat tradisional.
Peraturan tersebut bikin impor bahan jadi ke Indonesia makin cepat dan gampang. Otomatis, industri lokal seperti tekstil dan jadi terancam karena persaingan produk lokal dan impor makin ketat. Alhasil, PHK lagi-lagi jadi opsi perusahaan buat efisiensi biaya produksi.
3. Kenaikan UMP 6,5%
Kenaikan Upah Minimum Provinsi jadi 6,5% ibarat dua sisi mata pisau: pekerja happy karena potensi gaji naik, sekaligus jadi ancaman PHK.
Biaya tenaga kerja jadi salah satu pos pengeluaran terbesar perusahaan. Karena UMP naik, perusahaan harus menyesuaikan ulang gaji karyawannya yang otomatis bakal nambah biaya operasional.
Sayangnya, penambahan biaya operasional nggak segampang itu. Alhasil, perusahaan pakai jalan ninja dengan mem-PHK karyawan biar biaya tenaga kerja dialokasikan ke biaya operasional lainnya.
4. Kenaikan Pajak di Mana-mana
Seenggaknya ada tiga pajak yang naik di tahun 2025:
- PPN 12%,
- Opsen pajak atas Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBKNB) dengan tarif 66%,
- PPh UMKM dengan omzet di bawah Rp4,8 miliar per tahun dengan tarif normal 1%.
Emang cuma tiga sih, tapi dampaknya nggak main-main ke berbagai sektor, mulai dari biaya produksi yang mahal, margin keuntungan jadi kecil, sampai landainya investasi asing.
Ujungnya tetap ada imbas ke PHK karyawan demi kesehatan anggaran perusahaan.
5. Restrukturisasi Manajemen Perusahaan
PHK juga bisa terjadi karena perubahan pada lini manajemen perusahaan. Alasannya banyak, mulai dari merger, budaya kerja, kinerja menurun, adopsi teknologi baru, masalah hukum, krisis keuangan, hingga perubahan strategi bisnis.
6. Suku Bunga Bank Tinggi
Waktu pas bank sentral AS, The Fed, memangkas suku bunga acuan ke kisaran 4,5% sampai 4,75%, Indonesia memilih buat mempertahankan suku bunga acuan di 6%.
Suku bunga bank tinggi artinya biaya pinjaman meningkat, termasuk bunga pinjaman, administrasi, dan asuransi. Kalau perusahaan susah dapetin pinjaman dengan biaya terjangkau, mereka bakal kewalahan bayar biaya operasional. Ujung-ujungnya, PHK karyawan demi nambah dana.
Penyebab PHK cukup beragam, tapi secara garis besar terjadi karena perubahan kebijakan pemerintah yang ngaruh ke sana-sini.
Dampak PHK ke Berbagai Sektor
PHK jadi momok mengerikan buat semua orang. Dampaknya bukan cuma ke penurunan daya beli masyarakat, tapi juga merembet ke mana-mana, seperti:
- Pertumbuhan Ekonomi Lambat: Karena daya beli masyarakat turun, maka demand terhadap barang dan jasa juga turun. Hal tersebut bikin produksi dan penjualan perusahaan terhambat. Alhasil, perusahaan kehilangan profit.
- Angka Kemiskinan Meningkat: PHK bikin pemasukan rumah tangga berkurang. Kondisi bisa diperparah kalau nggak ada dana darurat, asuransi, atau tabungan yang cukup buat mengcover biaya hidup saat nganggur dan cari kerja. Dalam jangka panjang, ini bisa bikin keluarga jatuh ke jurang kemiskinan.
- Stres dan Kesehatan Mental: Nggak bisa dimungkiri, kena PHK dan jobless emang bikin cemas, susah tidur, dan stres banget. Apalagi kalau ada anggota keluarga yang harus ditanggung. Treatment kondisi mentalnya pun nggak bisa dibilang gampang.
Apa yang Bisa Kita Lakukan Buat Menghadapi PHK?
Di tengah gelombang PHK yang diprediksi bakal berlanjut di tahun 2025, kita perlu punya pegangan kuat di sana-sini buat antisipasi kalau jadi korban selanjutnya. Nah, berikut Tuwaga sarankan tips jitu buat menghadapi PHK.
Persiapan sebelum PHK
- Bangun Relasi Profesional: Soalnya, sering kali kerjaan datang dari teman atau kenalan kerja yang tahu kinerja baikmu.
- Eksplor Skill Baru: Biar nggak bergantung di satu skill aja. Menurut Global Admissions, beberapa skills yang bakal laku di masa depan, yaitu digital marketing & social media management, data analysis, AI, cybersecurity, UI/UX, dan project management.
- Bikin Dana Darurat: Dana darurat penting banget buat jaga kestabilan keuangan rumah tangga. Idealnya, dana darurat setara dengan 3-6 bulan pengeluaran bulanan.
- Investasi Mulai dari Modal Kecil: Investasi perlu dijadiin kebiasaan mulai sekarang nih, guys. Nggak perlu buru-buru kalau masih bingung, kamu bisa mulai dari pelajari tips investasi di Tuwaga bareng pakar keuangan.
Setelah Kena PHK
- Kelola Uang Sebaik Mungkin: Dengan bikin budgeting, prioritaskan kebutuhan pokok, dan tahan buat nggak impulsive buying.
- Aktif Cari Kerjaan Baru: Nggak harus kerja di instansi, tapi freelance dan bisnis sampingan juga bisa jadi pilihan. Misalnya, jadi tutor atau guru kursus privat, marketing affiliator, virtual assistant, atau dropshipper.
- Ikut Pelatihan dan Sertifikasi: Buat mengasah skill dan memantaskan diri menyambut pekerjaan baru di tempat baru.
- Jaga Kesehatan secara Keseluruhan: PHK rawan stres dan masalah kesehatan mental. Tapi, sebisa mungkin kamu harus tetap menguatkan diri biar nggak gampang menyerah dan putus asa. Kamu bisa mulai dari ubah pola makan jadi sehat, rutin olahraga, perbanyak ibadah, dan baca buku mindfulness.
PHK Bukan Salah Pekerja Sepenuhnya, Pemerintah Harus…
Meskipun PHK bisa jadi karena pekerja yang kurang kompetensi, tapi banyak faktor eksternal yang dipengaruhi sama kebijakan pemerintah.
Sebenarnya, pada September 2024, Jokowi udah mewanti-wanti soal gelombang PHK massal dan kelangkaan peluang kerja dibanding jumlah pelamar kerja di masa depan.
Oleh karena itu, pemerintah harus punya strategi buat meminimalisir angka PHK, penuhi janji-janji terkait perbanyak lapangan kerja, dan evaluasi ulang regulasi yang bikin pertumbuhan bisnis dan penyerapan tenaga kerja terhambat.
Di tahun 2025, pemerintah udah siapin pelatihan kerja dan insentif uang tunai buat bantu korban PHK. Tapi buat jangka panjang, menurutmu apa lagi yang harus dilakukan pemerintah buat atasi gelombang PHK dan kelangkaan lapangan kerja di masa depan?