Pernah bingung kenapa usaha kecil bisa untung besar, tapi ada juga yang malah tekor padahal jualannya rame? 🤔
Salah satu jawabannya ada di cara ngatur biaya tetap dan biaya variabel. Dua hal ini kelihatannya sepele, tapi bisa banget nentuin sehat nggaknya keuangan usaha kamu, lho. Yuk, kita bahas bareng biar makin paham!
💡 Jadi, Poinnya…
- Biaya Tetap = Stabil, Tapi Harus Dijaga: Selalu siapin dana buat biaya tetap biar operasional gak berhenti di tengah jalan.
- Biaya Variabel = Fleksibel, Tapi Waspadai Lonjakan: Pantau terus biayanya biar gak diam-diam ngurangin profit kamu.
- Catatan Rapi = Bisnis Lebih Terukur: Semua biaya yang tercatat dengan baik bikin kamu lebih mudah evaluasi dan atur strategi keuangan.
Apa Itu Biaya Tetap dan Biaya Variabel?
Kalau kamu punya usaha — entah itu jualan online kecil-kecilan, bisnis kuliner, atau jasa kreatif — pasti tiap bulan ada pengeluaran yang mau gak mau harus dibayar, kan? Nah, pengeluaran itulah yang biasa disebut biaya. Tapi ternyata, biaya itu gak cuma satu jenis aja.
Ada dua kategori utama yang penting banget kamu pahami, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).
Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap itu adalah pengeluaran yang jumlahnya gak berubah meskipun aktivitas bisnismu naik turun.
Artinya, mau kamu jualan rame banget atau lagi sepi-sepinya, biaya ini tetap harus dibayar setiap periode — biasanya per bulan.
Contohnya gini:
- Sewa tempat usaha
Kamu tetap harus bayar Rp2 juta tiap bulan walau omzet lagi turun. - Gaji karyawan tetap
Misal kamu punya barista tetap atau admin toko online yang digaji bulanan. - Biaya listrik minimum, internet, dan langganan software
Walaupun dipakai sedikit, tagihannya tetap datang.
Biaya tetap itu ibarat “beban bulanan” yang harus kamu siapin di awal.
Tapi sisi positifnya, karena nominalnya stabil, kamu bisa lebih mudah bikin budgeting dan proyeksi keuangan.
Makanya, banyak pebisnis yang selalu jaga cash flow biar bisa nutup biaya tetap — karena kalau ini nggak kebayar, operasional bisa berhenti.
Biaya Variabel (Variable Cost)
Kalau biaya tetap itu stabil, maka biaya variabel sifatnya dinamis banget.
Jumlahnya bakal naik kalau kamu produksi lebih banyak, dan turun kalau produksi dikurangin.
Contoh paling gampang:
Kamu punya kedai kopi. Tiap kali bikin satu gelas kopi, kamu butuh:
- Biji kopi
- Susu
- Gula
- Cup dan sedotan
Nah, semua bahan itu termasuk biaya variabel karena akan bertambah sesuai jumlah kopi yang kamu jual.
Kalau bulan ini kamu jual 100 gelas kopi, tapi bulan depan 300 gelas, otomatis biaya bahan bakumu juga bakal naik tiga kali lipat☕📈
Biaya variabel juga termasuk:
- Kemasan dan label produk (semakin banyak produksi, semakin banyak kemasan yang dipakai)
- Komisi penjualan (kalau dibayar per produk terjual)
- Ongkir atau biaya distribusi (kalau dikirim ke pelanggan dalam jumlah besar)
Jadi bisa dibilang, biaya variabel ini yang paling “ikut-ikutan” sama ritme penjualanmu. Kalau jualan lancar, ya siap-siap keluar biaya lebih banyak — tapi itu bukan masalah, karena berarti pendapatanmu juga naik. 💪
Contoh dan Perbedaan Biaya Tetap vs Biaya Variabel
| Kategori | Biaya Tetap 💼 | Biaya Variabel ⚙️ |
|---|---|---|
| Contoh Umum | – Sewa gedung atau kios – Gaji karyawan tetap – Pajak tahunan – Asuransi usaha – Penyusutan aset (misal mesin kopi, kendaraan operasional) | – Bahan baku produksi – Upah pekerja harian – Biaya kemasan – Ongkos kirim – Komisi penjualan |
| Ciri Khas | – Jumlahnya stabil – Harus tetap dibayar meski omzet turun – Sulit dikurangi dalam waktu singkat | – Jumlahnya naik-turun sesuai volume produksi – Lebih mudah dikontrol – Bisa dihemat kalau penjualan lagi turun |
| Dampak ke Keuangan | Bikin arus kas lebih “berat” kalau omzet lagi turun, tapi bantu jaga kestabilan operasional. | Bikin arus kas lebih fleksibel karena bisa disesuaikan dengan kondisi bisnis. |
| Cocok untuk | Bisnis yang udah stabil atau punya pendapatan rutin. | Bisnis yang masih fluktuatif atau musiman. |
Cara Hitung Biaya Tetap dan Variabel
Tenang, gak serumit itu kok! Rumus dasarnya cuma:
Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel
Misalnya nih:
Dalam sebulan, total biaya usahamu Rp10 juta. Dari situ, sewa tempat Rp2 juta (biaya tetap), dan bahan baku Rp8 juta (biaya variabel).
Nah, kalau bulan depan kamu mau naikin produksi dua kali lipat, otomatis biaya bahan baku bakal naik juga, tapi biaya sewanya tetap segitu.
Gampang kan? 😎
Tips Ngatur Biaya Tetap dan Variabel Biar Bisnis Tetap Cuan
Ngatur biaya usaha tuh mirip kayak ngatur keuangan pribadi, kalau gak rapi dari awal, ujung-ujungnya bisa kebobolan tanpa sadar 😅
Ini dia 5 tips praktis dari Tuwaga biar bisnis kamu tetap cuan tanpa drama keuangan!
1. Pisahin Catatannya dari Awal
Jangan nunggu bisnis gede dulu baru mikir pembukuan, ya! Dari awal, biasakan mencatat biaya tetap dan biaya variabel secara terpisah.
Dengan begitu, kamu bisa tahu:
- Mana pengeluaran yang wajib dibayar setiap bulan (kayak sewa, gaji tetap).
- Mana yang bisa ditekan saat penjualan menurun (kayak bahan baku, ongkir, atau kemasan).
Gunakan tools sederhana kayak Google Sheet, aplikasi catatan keuangan, atau aplikasi akuntansi gratisan. Intinya, semua biaya harus transparan dan bisa dilacak.
2. Analisis Titik Impas (Break Even Point)
Tau gak sih berapa banyak produk yang harus kamu jual biar gak rugi sama sekali? Nah, itulah yang disebut titik impas alias break even point.
Dengan menghitungnya, kamu bisa tahu batas aman bisnis kamu — kapan mulai untung, dan kapan harus waspada.
Misal:
Kalau biaya tetap kamu Rp5 juta dan keuntungan per produk Rp50.000, berarti kamu harus jual minimal 100 produk per bulan buat nutup biaya. Kalau udah tahu angka ini, kamu bisa bikin strategi jualan yang realistis tanpa asal “ngegas” produksi.
3. Negosiasi Biaya Tetap
Biaya tetap seringkali jadi “beban berat” buat bisnis, apalagi kalau lagi sepi pelanggan. Tapi jangan pasrah dulu!
Coba nego sama pemilik tempat usaha atau vendor tetap kamu. Misalnya:
- Minta opsi pembayaran fleksibel (bayar tiap 3 bulan atau sistem bagi hasil).
- Cari tempat usaha dengan kontrak jangka pendek biar bisa pindah kalau butuh efisiensi.
- Bandingin harga asuransi, internet, atau langganan software supaya dapet paket paling hemat.
Intinya, semua hal bisa dinegosiasikan kalau kamu tahu caranya😎
4. Kontrol Biaya Variabel
Biaya variabel itu lincah banget—bisa naik-turun tergantung volume penjualan. Makanya kamu harus jeli banget ngontrol bagian ini.
Beberapa cara yang bisa kamu coba:
- Beli bahan baku dalam jumlah besar biar dapet harga grosir.
- Kerjasama jangka panjang sama supplier biar dapet diskon tetap.
- Pantau tren penjualan supaya gak overstock barang yang jarang laku.
- Gunakan sistem pre-order biar produksi sesuai permintaan, bukan feeling semata.
Cara ini bisa bantu kamu jaga margin tetap sehat tanpa harus ngorbanin kualitas produk💪
5. Siapin Dana Darurat Usaha
Ingat, biaya tetap gak bisa dihindari meski bisnis lagi turun. Karena itu, penting banget punya tabungan cadangan khusus buat biaya operasional minimal 3–6 bulan ke depan.
Fungsinya? Supaya kamu gak panik kalau tiba-tiba omzet turun, pelanggan sepi, atau ada pengeluaran mendadak kayak perbaikan alat produksi.
Kamu bisa mulai dengan nabung kecil-kecilan dari setiap keuntungan. Misalnya, sisihkan 10–15% dari laba bersih tiap bulan ke rekening khusus bisnis.
Saatnya Kelola Bisnismu Lebih Cerdas Bareng Tuwaga!
Sekarang kamu udah paham kan bedanya biaya tetap dan biaya variabel? Keduanya penting banget buat kamu yang pengen bisnisnya lancar dan untung stabil. Jangan asal produksi atau promo besar-besaran kalau belum tau efeknya ke biaya, ya.
Kalau kamu pengen keuangan bisnismu makin rapi, Tuwaga siap bantu kamu lewat produk keuangan yang fleksibel — mulai dari Dana Tunai, Tabungan, Kartu Kredit, sampai KTA bisnis. Yuk, kelola biaya dan cash flow kamu bareng Tuwaga biar bisnis makin cuan dan bebas stres!
















































