Belakangan ini, banyak negara di dunia utangnya melonjak gara-gara mereka ngeluarin banyak bantuan ekonomi. Tapi, yang menarik, utang Indonesia ternyata masih relatif rendah dibandingkan dengan ukuran ekonominya. Kok bisa gitu, ya?🤨
Dari 2014 sampai 2019, rasio utang Pemerintah Indonesia ke PDB ada di kisaran 24,68% sampai 30,23%. Meskipun sempat meningkat selama pandemi Covid-19, pemerintah berhasil mengendalikannya. Di 2023, rasio utang mencapai 39,21% dari PDB, bahkan lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Malaysia (67,3%), Tiongkok (83,6%), dan India (82,7%).
Hingga Juli 2024, rasio utang turun jadi 38,68%, masih jauh di bawah batas aman 60% yang ditetapkan UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara.
Menarik, kan? Tapi, apakah ini berarti posisi Indonesia benar-benar aman? Atau mungkin ada sisi lain dari angka ini yang perlu kita pahami lebih dalam?
💡Key takeaways:
- Utang Indonesia Masih Terjaga: Rasio utang Indonesia sekitar 40% dari PDB, yang masih aman dan jauh di bawah batas aman 60%. Ini lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia (68%) dan Filipina (57%).
- Terlalu Hemat Berutang Bisa Ganggu Pembangunan: Utang yang rendah memang bagus, tapi kalau terlalu hemat, negara bisa kekurangan dana untuk proyek besar, kayak pembangunan infrastruktur yang penting buat kemajuan ekonomi.
- Pajak dan Cukai Jadi Sumber Pendapatan Utama: Indonesia bergantung banget pada pajak dan cukai buat pendapatan negara (sekitar 70-80%). Kenaikan PPN, cukai rokok, dan tarif lainnya sering bikin barang lebih mahal, yang bikin rakyat semakin terbebani meski itu untuk pembangunan negara.
Pengertian Rasio Utang terhadap PDB (Gross Debt to GDP Ratio)
Rasio utang terhadap PDB itu gampangnya kayak gini: kalau PDB kita Rp1.000 triliun dan utang kita Rp400 triliun, berarti rasio utangnya 40%. Jadi, rasio ini tuh cara buat ngukur seberapa besar utang negara dibandingkan ukuran ekonominya. Simpel, kan?🙌
Semakin rendah angkanya, semakin kecil beban utang negara dibandingkan ukuran ekonominya. Artinya, kalau rasio utangnya kecil, utang negara bisa dibilang lebih terkontrol dan ekonominya lebih kuat.
Tapi, apa itu selalu bagus?🤔 Nggak juga! Kalau terlalu rendah, bisa jadi negara nggak ambil cukup utang buat investasi penting, kayak pembangunan infrastruktur. Intinya, yang penting itu bukan sekadar angka rendah atau tinggi, tapi gimana utang itu dikelola dengan baik.
Apakah Rasio 40% Itu Bagus?
Rasio utang 40% itu termasuk rendah banget kalau dibandingin sama standar internasional. Biasanya, negara-negara dianggap punya rasio utang yang sehat kalau angkanya di bawah 60%.
Jadi, kalau rasio utang Indonesia 40%, itu masih aman dan terkontrol dengan baik.
Perbandingan dengan Negara Tetangga:
- Malaysia: Rasio utangnya sekitar 68%, lebih tinggi dari Indonesia.
- Thailand: Rasio utangnya 65%, juga lebih tinggi.
- Filipina: Rasio utangnya 57%, masih lebih tinggi dibanding Indonesia.
Dari sini kelihatan, Indonesia punya utang yang relatif terkontrol dan termasuk sehat kalau dibandingkan negara tetangga. Jadi, nggak perlu khawatir, deh.
Gimana Kalau Dibandingin Sama Negara Besar?
Kalau dibandingin sama negara besar, utang Indonesia yang 40% itu memang jauh lebih rendah. Misalnya, India punya rasio utang sekitar 85%, dan Amerika Serikat (AS) bahkan lebih tinggi lagi, sekitar 120%!😱
Kenapa mereka berani punya utang setinggi itu? Karena ekonomi mereka gede banget. Dengan kapasitas ekonomi yang besar, mereka bisa ngutang lebih banyak tanpa terlalu khawatir, soalnya pendapatan negaranya juga jauh lebih besar.
Nah, buat Indonesia, angka 40% ini memang kelihatan bagus dan aman, tapi jangan langsung puas dulu. Rasio rendah juga bisa jadi masalah kalau pemerintah nggak memanfaatkan anggaran dengan maksimal.
Misalnya, kalau terlalu hemat dan nggak cukup investasi di sektor penting kayak infrastruktur atau pendidikan, pertumbuhan ekonomi malah bisa tersendat. Jadi, penting banget buat utang ini nggak cuma rendah, tapi juga dipakai buat hal-hal yang bener-bener bikin ekonomi kita tumbuh🙌
Hemat Berhutang, Beban ke Pajak
Utang rendah kelihatannya memang oke, karena itu artinya negara nggak boros dan bisa atur keuangan dengan baik. Tapi, kalau terlalu hemat berutang, itu juga bisa jadi masalah, lho. Soalnya, proyek-proyek besar kayak pembangunan infrastruktur nggak mungkin cukup kalau cuma ngandelin pajak aja🚨
Coba lihat Jepang, misalnya. Rasio utang mereka tinggi banget, sampai 226,4% dari PDB. Tapi, mereka berani ambil utang karena itu dipakai buat investasi besar-besaran di infrastruktur dan teknologi. Dan mereka bisa bayar utangnya karena ekonomi mereka kuat banget.
Sementara itu, Indonesia yang utangnya cuma 40% terlihat lebih aman. Tapi, di sisi lain, pertumbuhan ekonominya bisa terhambat kalau kita nggak cukup berani investasi di hal-hal yang bikin ekonomi maju. Kalau nggak hati-hati, kita malah bisa jatuh ke pola gali lubang tutup lubang—utang sedikit, tapi hasilnya juga nggak kelihatan maksimal buat pembangunan🤨
Pajak sebagai Penopang Utama
Pendapatan negara Indonesia sebagian besar, sekitar 70-80%, datang dari pajak dan cukai. Jadi, uang yang kita bayar lewat pajak penghasilan, PPN, atau cukai itu jadi sumber utama buat membiayai pembangunan🏗️
Contoh yang paling kerasa:
- Kenaikan PPN: Dari yang tadinya 10% dan jadi 12% di Januari 2025. Kenaikan ini bikin barang dan jasa makin mahal, dari makanan di restoran sampai kebutuhan sehari-hari. Daya beli kita? Pastinya makin turun, apalagi harga-harga sekarang udah tinggi banget😓
- Cukai plastik: Cukai plastik juga menjadi salah satu alternatif penerimaan negara. Pemerintah memberlakukan cukai pada kantong plastik untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mengurangi dampak lingkungan. Kebijakan ini menambah penerimaan negara sekaligus mendorong masyarakat untuk beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti kantong belanja kain atau tas daur ulang.
- Tarif listrik dan BBM: Nggak jarang kita juga kena dampak dari kenaikan tarif ini. Akibatnya? Biaya hidup makin tinggi, deh.
Gini Kesimpulannya🤯
Memang, rasio utang Indonesia tergolong rendah. Ini nunjukin kalau pemerintah cukup disiplin dalam ngatur keuangan. Tapi, ini juga harus diimbangi sama kebijakan yang nggak terlalu nambah beban rakyat. Kenaikan pajak atau tarif kayak sekarang bikin banyak orang merasa makin berat.
Jadi, gimana menurut kamu? Apakah kebijakan hemat utang ini udah pas, atau pemerintah harusnya lebih fleksibel buat ambil utang demi pembangunan? Atau mungkin ada cara lain biar pembangunan tetap jalan tanpa bikin rakyat makin terbebani?🤔
Punya opini atau pengen tahu lebih banyak soal cara atur keuangan di tengah kebijakan kayak gini? Yuk, kunjungi Tuwaga, platform edukasi keuangan yang siap bantu kamu mengelola keuangan dengan lebih cerdas.