Kenapa belakangan ini saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali ramai diperbincangkan baik di media massa maupun di media sosial?
Mungkin pertama adalah kabar tentang rumor merger dengan Grab? Tapi selain dari itu, rumor rencana BPI Danantara membeli saham GOTO.
GOTO, yang merupakan gabungan antara Gojek dan Tokopedia, merupakan salah satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia. Tetapi, seperti yang kamu tahu, perjalanan perusahaan besar kayak GOTO nggak selalu mulus. Apalagi di tengah kondisi ekonomi global yang nggak pasti dan fluktuasi yang ada, banyak investor mulai mempertanyakan apakah GOTO sudah cukup stabil untuk jadi pilihan investasi jangka panjang.
Di tanggal 6 Juni 2025, pemberitaan Reuters menyebutkan bahwa Danantara sedang dalam tahap awal untuk mengakuisisi saham minoritas GOTO. Danantara sendiri baru diluncurkan pada Februari 2025 dengan ambisi untuk berperan seperti Temasek di Singapura, yang fokus pada investasi strategis di berbagai sektor.
Diberitakan Kompas 9 Juni 2025, Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan bahwa ekosistem GOTO dan Grab melibatkan sekitar 4 juta mitra driver dan kurir. Sementara pemerintah disebut memiliki kepentingan untuk memastikan kalau ekosistem ini bisa mensejahterakan siapapun.
Rugi bersih GOTO berkurang
Namun, di balik itu semua, ada beberapa fakta yang patut kita perhatikan. Salah satunya adalah kinerja GOTO yang masih belum stabil.
Meskipun GOTO berhasil mengurangi kerugian bersih, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan profitabilitas yang konsisten. Itu artinya, meskipun ada perbaikan, GOTO masih menghadapi tantangan besar dalam mencapai keseimbangan finansial yang stabil.
Selain itu, kabar merger antara Grab dan GOTO juga menghadirkan ketidakpastian. Proses merger ini sendiri mengalami perlambatan, salah satunya karena kendala regulasi. Pemerintah Indonesia, melalui Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), sedang memulai studi untuk menilai potensi risiko dari merger ini.
Usai ada pernyataan resmi terkait hal ini, maka akan ada pengaruh pada harga saham GOTO ke depan.
Namun, di balik semua itu, kita harus melihat kenyataan bahwa GOTO masih menghadapi sejumlah masalah mendalam. Meskipun ada perbaikan dalam kinerja yang ditunjukkan dari penurunan kerugian bersih, mereka belum mencapai titik di mana bisa benar-benar dianggap stabil secara finansial.
GOTO masih sangat tergantung pada bagaimana pasar merespons merger ini, dan perubahan regulasi di Indonesia maupun ekonomi global tentunya bisa mempengaruhi prospek mereka ke depan.
Buat apa Danantara masuk GOTO kalau sudah ada TLKM?
Investor Joeliardi Sunendar, pendiri JS Portofolio ikut berkomentar mengenai hal ini di postingan akun Instagramnya.
“Dengan Danantara sudah menjadi pengendali TLKM (PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk), buat apalagi Danantara membeli saham GOTO? Apakah Danantara ingin menghapus ‘bau amis’ pembelian 23,7 juta lembar saham GOTO yang dilakukan TLKM tahun 2020/2021 (via Telkomsel) lalu senilai Rp 6,4 triliun? Nilai ini setara dengan harga beli GOTO Rp 270 per lembar,” demikian tulisan di postingan Instagram Joeliardi, 7 Juni 2025.
Joeliardi juga mengatakan bahwa berdasarkan harga saham GOTO yang saat ini dibanderol Rp 60 perak per lembar, TLKM sejatinya mengalami kerugian di atas kertas sebesar Rp 5 triliun.
Dalam caption postingan tersebut, Joeliardi menyinggung tiga saham di bidang transportasi yaitu GRAB, GOTO, dan BIRD (PT Blue Bird Tbk). Dari ketiga perusahaan tersebut, hanya BIRD yang mencetak laba.
Baca Juga: Fakta Lengkap 5 Perusahaan Tambang Nikel di Raja Ampat yang Lagi Disorot
Selain itu, BIRD merupakan perusahaan dengan market cap yang jauh lebih kecil ketimbang dua perusahaan itu. Seperti diketahui, market cap GRAB US$21,8 miliar, GOTO di Rp 69,5 triliun, sedangkan BIRD di Rp 4,8 triliun.
Namun dari segi bisnis, BIRD memang berbeda dengan GOTO maupun GRAB karena dua perusahaan teknologi itu menyediakan layanan yang tidak cuma terpaut dari transportasi, melainkan juga pengiriman barang maupun makanan.
Seperti halnya perusahaan yang mencetak laba, BIRD juga berniat membagikan dividen ke para pemegang saham. Diberitakan CNBC Indonesia pada Maret 2025 lalu. PT Blue Bird Tbk. (BIRD) akan menutup tahun 2024 dengan pertumbuhan laba yang terbilang kencang.
“Saya tidak boleh mendahului RUPS, tapi kayaknya kita hanya setahun tidak bagi dividen, di tahun Covid kan 2020, RUPS tahun 2021 waktu itu. Karena kita pasti akan mengusulkan pembagian dividen,” kata Andrianto, dalam media gathering di Jakarta Selatan, Kamis (13/3/2025), seperti dikutip CNBC Indonesia.
Dengan hal ini, maka pertanyaan selanjutnya adalah kapan GRAB dan GOTO bisa mencetak laba?
Satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah bagaimana sektor teknologi Indonesia sangat rentan terhadap fluktuasi ekonomi global dan kebijakan pemerintah. Jika ada perubahan signifikan dalam kebijakan atau kondisi ekonomi global, hal itu bisa berimbas besar pada perusahaan-perusahaan teknologi, termasuk GOTO.
Sejauh ini, TLKM juga menyebut investasinya di GOTO sebagai investasi jangka panjang. Namun tentunya untuk mencapai harga Rp 270 per lembar, tentunya sama halnya dengan berharap harga GOTO naik di atas empat kali lipatnya.
Namun seperti diberitakan Katadata alasan Danantara masuk ke GOTO, hal ini dilakukan karena ada kekhawatiran GOTO dikuasai Grab.
Bagaimana investor pemula menyikapi hal ini?
Apakah saham GOTO saat ini merupakan pilihan investasi yang menarik? Mungkin iya, tetapi dengan catatan besar.
Potensi ada, tapi risiko pun tetap ada. Jika kamu berniat membeli saham GOTO, pastikan untuk mempertimbangkan kondisi fundamentalnya yang masih belum stabil, serta dampak dari merger dengan Grab ke depan.
Juga, perlu diingat bahwa Danantara, meskipun sedang bernegosiasi untuk membeli saham GOTO, adalah badan pengelola investasi yang cerdas dan strategis.
Mereka mungkin melihat peluang jangka panjang dalam GOTO, meskipun banyak tantangan yang dihadapi. Tapi apakah mereka terlalu optimistis dengan membeli saham perusahaan yang masih berjuang menuju profitabilitas yang stabil? Itu menjadi pertanyaan besar bagi banyak investor.
Pada akhirnya, kalau kamu mempertimbangkan GOTO sebagai bagian dari portofolio investasi, pastikan untuk tidak terjebak dalam hype sementara.
Lihatlah angka-angka dan kinerja perusahaan dengan kepala dingin. Jangan sampai terpengaruh oleh potensi keuntungan jangka pendek tanpa memahami risiko yang ada. Perhatikan juga apa yang terjadi dengan regulasi dan bagaimana merger ini akan mempengaruhi pasar.
Peluang atau Perangkap? Yuk, Gali Lebih Dalam di Tuwaga!
GOTO dibeli Danantara memang bikin heboh. Tapi sebelum kamu ambil keputusan investasi, penting banget buat ngerti kondisi fundamental perusahaan dan risiko yang mengintai.
Kalau kamu pengin dapetin insight finansial yang up-to-date dan kredibel, Tuwaga bisa jadi solusi terbaik buat kamu! Di sini kamu bisa baca artikel seputar investasi, belajar soal produk finansial kayak KTA, kartu kredit, tabungan, deposito, sampai dana tunai properti & kendaraan.
Mau langsung apply produk keuangan juga bisa banget lewat Tuwaga. Nggak ribet, cukup beberapa klik aja! 💸✨